"Demi keadilan! Terimalah hukuman atas perbuatanmu, Ambu!" seru si kakek sambil menancapkan tongkatnya di halaman rumah Ambu Endit. Seketika itu juga bergelegarlah suara dari dalam tanah. Bumi sekitamya bergoyang-goyang. Rumah-rumah di kampung itu ambruk dan pohon-pohon tumbang tercabut dengan akar-akarnya. Ambu Endit menjerit-jerit minta tolong kepada tetangga-tetangganya. Kini barulah dia ingat kepada tetangga-tetangganya. Tetapi sudah terlambat. Kampung itu sudah kosong ditinggalkan orang. Tak lama kemudian air sudah sampai di atap rumah. Ambu Endit terbenam air di dalam rumahnya. ** Di dalam buku ini dikisahkan legenda terbentuknya Situ Bagendit di Garut, Jawa Barat. Konon namanya diambil dari Ambu Endit yang sangat kikir, sehingga ia mendapatkan musibah besar karena kekikirannya itu.