Doa Orang Gila & hal hal tak terduga di aceh Ada banyak kisah sedih dan lucu ketika Aceh berkubang dalam balutan konflik. Kisah-kisah itu, diingat dan diceritakan, dengan nuansa berbeda-beda. Kisah sedih, misalnya, sekali pun diceritakan dengan riang-gembira, tetap saja menyisakan luka. Sementara kisah lucu, menjadi tidak lucu ketika kisah itu terjadi atau saat diceritakan. Dan, oleh orang Aceh, kedua ‘jenis kisah’ itu sama-sama dinikmati dengan kadar yang seimbang. Setidaknya, inilah yang akan Anda temukan dalam buku Doa Orang Gila & Hal-hal Tak Terduga. Oleh penulis, kisah-kisah tersebut dikemas dalam buku dengan judul yang sedikit ‘gila’, untuk kisah-kisah yang tidak kalah gilanya. Penulis buku ini ingin mengajak Anda untuk menangis dan tertawa secara seimbang, seraya bertanya sendiri: apa yang salah dengan Aceh ini? Cuplikan... "....Seorang polisi duduk di kursi plastik, posisinya menghadap pintu terali besi. Umurnya tidak lagi muda, pangkatnya sudah mentok dan tak mungkin naik lebih tinggi lagi. Dari bentuk fisik, ia tak bakal mampu bertugas di lapangan apalagi dikirim untuk memburu para pejuang GAM yang rata-rata masih berusia muda. Sebagai polisi yang sudah 'karatan' dia sama sekali bukan teman asyik untuk diajak bicara. Maun berdiri di balik pintu terali besi, dan mendengar polisi tua ini mengoceh tak karuan. Segala sumpah serapah untuk pejuang GAM dimuntahkan, dan sialnya Maun menjadi tong sampah untuk ocehannya yang tidak berguna itu. Semua lakab terburuk dan terkutuk disematkan kepada GAM. Bahkan, polisi itu pun menyumpahi para petinggi GAM yang bermukim di luar negeri. "Kalian itu bodoh, mau saja dijadikan tumbal oleh si orang Tiro itu," katanya. Maun hanya diam dan tak berkomentar apa-apa. Ia melihat polisi tua di hadapannya dengan tatapan jijik. “Lebih baik menjadi orang bodoh yang tahu berjuang daripada jadi polisi tolol seperti kamu,” gumam Maun dalam hati. Kebetulan polisi itu orang Aceh, tapi mungkin bukan orang Aceh yang mendapatkan pencerahan. "Kau tahu apa yang dilakukan Hasan Tiro di luar negeri?" tanyanya. Maun tahu, polisi itu tak memerlukan jawaban darinya. Benar saja, ia menjawab sendiri pertanyaan tersebut, dan dari jawaban itu menunjukkan betapa rendah moralnya. "Dia asyik (maaf, aku tak berani menulis kata itu di sini) .... di sana," sambungnya. Polisi ini kemudian tersenyum puas seolah-olah baru saja memenangi togel.