MEMAHAMI MAKNA BIDAH SECARA KOMPREHENSIF ( MEMBANTAH WAHABI )
Harga Grosir
Buy (5 - 5 items)
COD (Bayar di Tempat)
Gratis Ongkir
Ongkos Kirim:
Rp0
Spesifikasi
Merek,Jenis Edisi
Deskripsi

Dalam mukadimah buku ini ada beberapa poin penting yang hendak penulis ungkapkan, terkait dengan metode yang benar dalam belajar ilmu agama, supaya tidak jatuh dalam berbagai faham/ajaran ekstrim. Karena sebenarnya, timbulnya faham-faham ekstrim dalam memahami ajaran agama; --dari mulai mudahnya menuduh ahli bidah kepada orang lain, mengkafirkan (at-takfir), hingga menebar terror secara fisik (al-irhab), seperti meledakan bom (at-tafjir) dan lainnya--; adalah berangkat dari belajar yang salah, baik kesalahan pada materi ajar maupun kesalahan pada metode/cara yang digunakan dalam belajar. Berikut ini penulis tuangkan sedikit terkait tema mukadimah di atas; (Satu): Rasulullah adalah seorang guru (Muallim), dan Rasulullah adalah sebaik-baiknya guru. Rasulullah adalah yang menetapkan ajaran-ajaran syariat (syari), sehingga dalam apa yang disampaikan oleh beliau kepada umatnya tidak mengandung kekeliruan sedikitpun. Setiap apa yang disampaikan olehnya dari ajaran-ajaran hingga hukum-hukum adalah kebenaran mutlak. Dengan demikian metode yang dipergunakan oleh Rasulullah dalam menyampaikan ajaran-ajarannya tersebut adalah juga sebaik-baiknya metode. Itulah metode yang akan senantiasa sesuai bagi setiap zaman dan tempat. Metode yang akan terus kekal sampai kiamat sekekal ajaran-ajaran Rasulullah itu sendiri. (Dua): Rasulullah menurunkan ajaran-ajaran Islam kepada para sahabatnya, lalu para sahabat menurunkan itu semua kepada orang-orang di bawah mereka dari kalangan Tabiin, kemudian para Tabiin menurunkan itu semua kepada orang-orang di bawah mereka dari kalangan Tabii at-Tabiin, demikian seterusnya turun-temurun antar generasi. Terkait dengan materi yang disampaikan diriwayatkan dari sahabat Abullah ibn Umar bahwa beliau berkata: Ilmu-ilmu dalam Islam ini ada tiga, yaitu al-Quran, al-Hadits, dan perkataan la adri (aku tidak tahu). (HR. At-Thabarani). Perkataan Abdullah ibn Umar ini memberikan penjelasan bagi kita betapa besar kewajiban memegang teguh amanat syariat. Jika dalam masalah dunia sesama kita dituntut untuk saling memegang teguh amanat, maka tuntutan tersebut lebih besar lagi bila menyangkut ajaran-ajaran dalam syariat ini. (Tiga): Secara garis besar penyakit masyarakat kita dalam masalah pengetahuan atau ilmu-ilmu agama di zaman modern ini ada dua; tidak mau belajar dan salah belajar. (Pertama); tidak mau belajar, tentu akibatnya fatal, ialah memelihara kebodohan. Dan sesungguhnya kebodohan dalam urusan ilmu-ilmu agama yang pokok tidak dimaafkan. Karena itulah ada banyak teks-teks al-Quran (QS. az-Zumar: 9, QS. al-Mujadilah: 11) dan hadist yang menetapkan kewajiban belajar ilmu-ilmu agama (HR. al-Bayhaqi dan lainnya). Yang dimaksud wajib dalam teks-teks tersebut adalah mempelajari ilmu pokok-pokok agama (Dlaruruiyyat Ilm ad-Din), bukan seluruh ilmu agama. (Kedua); Salah belajar. Problem ke dua ini telah benar-benar menggejala di masyarakat kita. Penyakit masyarakat modern adalah keinginan serba instan, apapun harus cepat dan siap saj

Chat Sekarang
Masukkan Keranjang
Beli Sekarang