MENGENAL TASAWUF RASULULLAH REPRESENTASI AJARAN AL-QURAN DAN SUNNAH
Harga Grosir
Buy (5 - 5 items)
COD (Bayar di Tempat)
Gratis Ongkir
Ongkos Kirim:
Rp0
Spesifikasi
Merek,Jenis Edisi
Deskripsi

Perkembangan tasawuf belakangan ini hampir menyentuh semua tingkatan masyarakat. Sudah sangat banyak orang yang mengenal tasawuf, bahkan tidak sedikit yang secara praktis masuk dalam medan tasawuf. Tentu ini menggembirakan, ada nilai-nilai positif yang bisa mereka dapatkan. Namun, di saat yang sama juga timbul berbagai macam kekhawatiran, setidaknya bagi penulis. Di antaranya; (Satu); Sangat mengkhawatirkan ketika tasawuf disentuh oleh lapisan masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui ilmu agama. Seorang yang tidak mengetahui tuntunan thahrah (bersuci), Istinj, Istibr, atau tidak mengetahui tatacara wudlu yang benar, air yang harus dipergunakan, hal-hal yang membatalkan wudlu, atau yang terkait dengan masalah shalat, serta praktek ibadah lainnya, tentu saja bila orang semacam ini masuk dalam wilayah tasawuf tidak akan mandapatkan banyak manfaat. Gejala inilah yang belakangan terjadi di sebagian masyarakat kita. Tidak sedikit dari mereka yang hanya ikut-ikutan ingin dibaiat untuk dzikir dalam sebuah tarekat sementara ia belum bisa membereskan tatacara bersucinya. Lebih parah lagi yang membaiat (mursyid) orang-orang awam tersebut juga tidak memiliki ilmu agama yang cukup. (Dua); Sesungguhnya di dalam tasawuf, kaum sufi itu terbagi kepada dua bagian; kaum sufi sejati (ash-Shfiyyah al-Muhaqqiqn) dan kaum sufi gadungan (Ghair al-Muhaqqiqn). Pembagian semacam ini umumnya juga berlaku pada disiplin keilmuan atau komunitas lainnya. Realitas inilah yang mendorong salah seorang sufi besar di masanya, yaitu al-Hfizh Abu Nuaim menuliskan sebuah karya besar tentang biografi kaum sufi sejati dengan ajaran-ajarannya yang berjudul Hilyah al-Auliy F Thabaqt al-Ashfiy. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh beliau sendiri di permulaan kitab tersebut bahwa yang mendorongnya menuliskan kitab ini adalah untuk membedakan antara kaum sufi sejati dan kaum sufi gadungan. Bahkan Ungkapan-ungkapan al-Hfizh Abu Nuaim dalam menyerang kaum sufi gadungan cukup keras. Beliau menamakan mereka sebagai orang-orang pemalas, karena tidak sedikit dari mereka adalah orang-orang mulhid berakidah hull, ittihd atau kaum Ibhiyyah (kaum yang menghalalkan segala sesuatu). Beliau juga mengatakan bahwa menyebutkan kesesatan-kesesatan kaum sufi gadungan dan menghindarkan diri dari mereka adalah kewajiban yang telah dibebankan oleh syariat atas setiap orang muslim. Karena hanya dengan demikian kemurnian ajaran Islam dapat terjaga. Juga hanya dengan cara ini, orang-orang yang saleh dari para wali Allah dapat diposisikan secara proporsional dengan tidak mencapuradukan antara mereka dengan kaum sufi gadungan yang notabene orang-orang sesat. Demikian pula Imam al-Qusyairi dengan kitab tasawuf fenomenalnya, ar-Rislah al-Qusyairiyyah, beliau mengatakan bahwa yang mendorongnya menuliskan kitab tersebut adalah untuk membedakan antara sifat-sifat kaum sufi sejati dari kaum sufi gadungan. Pada pembukaan kitabnya ini Imam al-Qusyairi menulis sebuah sub judul; Dawfi Talf Hdzihi ar-Rislah (Sebab-s

Chat Sekarang
Masukkan Keranjang
Beli Sekarang