Mendalami Ilmu Kalam Kajian Karya Fundamental Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah Al-Imam Abul Hasan al-Asy
Harga Grosir
Buy (5 - 5 items)
COD (Bayar di Tempat)
Gratis Ongkir
Ongkos Kirim:
Rp0
Spesifikasi
Merek,Jenis Edisi
Deskripsi

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang senantiasa memegang teguh ajaran-ajarannya. Sesungguhnya ilmu mengenal Allah dan mengenal sifat-sifat-Nya adalah ilmu paling agung dan paling utama, serta paling wajib untuk didahulukan mempelajarinya atas seluruh ilmu lainnya. Pengetahuan terhadap ilmu ini merupakan pondasi bagi keselamatan dan kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Ilmu ini dikenal juga dengan nama Ilmu Ushul, Ilmu Tauhid, Ilmu Akidah dan Ilmu Kalam. Dalam sebuah hadits Rasulullah menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang yang telah mencapai puncak tertinggi dalam ilmu ini. Beliau bersabda: أنَا أعْلَمُكُمْ بِاللهِ وَأخْشَاكُمْ لَهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيّ) “Aku adalah orang yang paling mengenal Allah di antara kalian, dan saya adalah orang yang paling takut di antara kalian bagi-Nya”. (HR. al-Bukhari). Dengan demikian maka Ilmu Tauhid wajib didahulukan mempelajarinya dibanding ilmu-ilmu lainnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ (سورة محمد: 19) “Maka ketahuilah (wahai Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mintalah ampun bagi dosamu juga bagi seluruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan”. (QS. Muhammad: 19). Dalam ayat ini Allah mendahulukan perintah mengenal tauhid di atas perintah Istighfar. Hal ini karena mengenal dan memahami Ilmu Tauhid terkait dengan Ilmu Ushul yang merupakan dasar atau pokok-pokok agama, sementara mengucapkan Istighfar terkait dengan Ilmu Furu’ atau cabang-cabang agama. Tentu tidak dibenarkan untuk melakukan Istighfar atau melakukan kesalehan lainnya dari amalan-amalan furu’ jika ia tidak mengetahui Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushul. Karena bila demikian maka berarti ia melaksanakan ibadah kepada Tuhan-nya (furu’iyyah) sementara ia sendiri tidak mengenal siapa Tuhan yang disembahnya tersebut. Dalam banyak ayat Al-Qur’an Allah memerintah manusia untuk mempergunakan akal mereka dalam melihat keagungan penciptaan-Nya sehingga mereka dapat mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah dan sifat-sifat-Nya. Seperti firman-Nya: أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (سورة الأعراف: 185) “Tidakkah mereka melihat pada kerajaan langit-langit dan bumi?!” (QS. al-A’raf: 185). Dalam ayat lain Allah berfirman: سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ (سورة فصلت: 53) “Akan Kami perlihatkan kepada mereka akan tanda-tanda kekuasaan Kami di segala ufuk, juga tanda-tanda kekuasaan Kami pada diri mereka hingga menjadi jelas bahwa Dia Allah adalah al-Haq”. (QS. Fushilat: 53). Ayat ini memberikan pemahaman bahwa segala apa yang ada pada alam ini (al-makhluq) adalah sebagai bukti bagi adanya al-Khaliq (Allah). Dengan demikian maka sesungguhnya bahasan dari Ilmu Tauhid adalah berpikir tentang makhluk untuk dijadikan bukti akan adanya al-Khal

Chat Sekarang
Masukkan Keranjang
Beli Sekarang