Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila bernama Rona Merah, dan dua orang bocah, Ajo Kawir dan Si Tokek, melihatnya melalui lubang. Sialnya, Ajo Kawir ketauan dan harus melakukan adegan yang sama dengan dua orang polisi itu. Sejak saat itu seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Ajo Kawir telah mencoba berbagai cara untuk membangunkannya. Mulai dari dioleskan cabe rawit, sengaja digigit lebah sampai ia dibawa ke tempat pelacuran. Tetapi itu semua sia-sia. Sang burung masih tertidur dengan lelapnya. Sampai akhirnya Ajo Kawir bertemu dengan lawannya, Iteung. Seorang gadis yang mampu menimbulkan perasaan cinta diantara keduanya. Tetapi Ajo Kawir takut, karena sang burung tidak bisa berdiri. Bahkan ia sempat berfikir untuk membunuh burung nya dengan menggunakan kampak. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.