31 Puisi Hari Guru yang Bikin Hati Tersentuh

Hari Guru Nasional yang akan diperingati setiap 25 November selalu menjadi salah satu acara yang meriah. Hari tersebut bukan hanya akan memberikan kita pemahaman mengenai besarnya jasa guru pada kita, kamu bisa loh mempersembahkan puisi Hari Guru untuk menghargai jasa-jasa gurumu.

Biasanya, juga akan ada berbagai macam perlombaan yang diadakan.Beberapa lomba tersebut nantinya akan diikuti oleh siswa siswi ataupun guru itu sendiri. Salah satu lomba yang banyak diminati saat hari guru tiba ialah lomba puisi. Dalam artikel ini kami telah mengumpulkan berbagai macam puisi yang telah dirangkum dari berbagai sumber yang dapat Anda gunakan sebagai referensi saat lomba puisi di hari guru.

Pilihan Contoh Puisi Hari Guru Terbaik 

Berikut ini beberapa contoh puisi Hari Guru yang bisa kamu persembahkan untuk menghargai jasa-jasa gurumu:

  • Bintang (Karya: Chairil Anwar)

Aku mencintai kelasmu

Kamu membantuku ‘tuk melihat

Bahwa untuk hidup bahagia

Belajar adalah kuncinya

Kamu memahami muridmu

Kamu perhatian dan pandai

Kamu guru terbaik yang pernah ada

Aku tahu itu dari awal kita bertemu

Aku memperhatikan kata-katamu

Kata-kata dari seorang guru sejati

Kamu lebih dari teladan terbaik

Sebagai guru, kamu adalah bintang

 

  • Perisai Langkah (Karya: Nukhairunnisak)

Terima kasih guruku Hadirmu bak perisai langkah

Mengubur gelap pada masa

Menebas kejahilan di dinding waktu

Mengejar terang

 

Membawa petuah

Terimakasih guruku

Tiada kata yang bisa menyetara jasamu

Setiap momen bersamamu adalah rindu

 

Senyummu lentara di ruang bisu

Buku dan pensil yang kubawa

Adalah cara bagi kita untuk melampirkan keinginan dan lelucon

 

  • Guru (Karya: Kahlil Gibran)

Barang siapa mau menjadi guru

Biarlah dia memulai mengajar dirinya sendiri

Sebelum mengajar orang lain

 

Dan biarkan pula dia mengajar dengan teladan

Sebelum mengajar dengan kata-kata

 

Sebab, mereka yang mengajar dirinya sendiri

Dengan membenarkan perbuatan-perbuatan sendiri

 

Lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan

Daripada mereka yang hanya mengajar orang lain

Dan membenarkan perbuatan-perbuatan orang lain

 

  • Guruku A+ (Karya: Chaeril Anwar)

Mataku terperosok ke depan

Kala engkau memasuki kelas

Engkau seorang guru yang lucu

Engkau seorang guru yang keren

 

Engkau pintar, imut, dan ramah

Engkau yang menolong kami

Dan bila aku menilaimu

Bagiku, engkau A+

 

  • Pesan untuk Guruku (Karya: Lisa Ardhian Widhia Sari)

Dalam lirih keluh di bibirku

Aku benar tak maksud membencimu, wahai guruku

Ego kami masih bangkitkan ragu

Kesal dan bosan terus menipu, hati ini larut membisu

 

Di relung terdalam, aku juga pernah sadar

Kelabunya di mataku, kau tetaplah pengajar

Mengalirkan bakti tanpa ingkar

Demi negeri agar tidak buyar

 

  • Didikan Keras (Karya: Chairil Anwar)

Ketika aku memasuki kelasmu, aku berpikir

Tantangan apa yang akan kau berikan padaku

 

Kamu memberiku motivasi untuk melewatinya

Dan menolak kelemahan yang meragukan diri

 

Kamu sungguh telah membuka pikiranku

Dengan kebijakan, keras dan ketegasan

 

Kamu membantuku untuk melihat atas

Menemukan tujuan yang harus kucapai

 

Kamu mengeluarkanku dari kegalauan

Terima kasihku atas jerih payahmu

 

Apa yang kau ajarkan akan menumbuhkanku

Perhatianmu sangat menyentuh hati dan pikiranku

 

Aku akan selalu mengingat jeweranmu

Aku berharap semua guru sepertimu

 

  • Guruku Nomor Satu (Karya: Chairil Anwar)

Dengan namamu yang pengasih dan penyayang.

Aku bahagia karena kamu adalah guruku

Aku menikmati setiap pelajaran yang kamu ajarkan

Sebagai seorang teladan, kamu menginspirasiku

Untuk bermimpi, untuk bekerja dan untuk menggapai

 

Dengan kebaikanmu, aku memperhatikanmu

Tiap hari kamu menanamkan benih-benih

Dengan motivasi dan pengalaman hidupmu

Agar kutahu, agar kutumbuh dan agar kusukses

 

Kamu menolongku mengembangkan potensiku

Aku berterima kasih untuk semua jasa-jasamu

Aku mendoakanmu tiap hari, dan aku ingin berkata

Sebagai seorang guru, kamu nomor satu!

 

  • Puisi Hari Guru Berjudul Sang Pengabdi (Karya: Zaniza)

Setiap pagi kau susuri jalan berdebu

Berpacu waktu demi waktu

Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot

Tak hirau dingin memagut

Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya

Wajah-wajah lugu haus kan ilmu

Menari-nari di pelupuk mata menunggu

Untaian kata demi kata terucap seribu makna

Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa

 

Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu

Menyaksikan tingkah polah sang penerus

Canda tawa penghangat suasana

Hening sepi berkutat dengan soal

Lengking suara kala adu argumen

 

Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu

Entah berapa tinta tergores di papan putih

Entah berapa lisan terucap sarat makna

Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi

Entah berapa ajaran budi kau tanamkan

 

Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi

Berserah diri mengharap kasih ilahi

Ilmu kau beri harap kan berarti

Satu persatu sang penerus silih berganti

Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri

Kau tetap di sini setia mengabdi

Sampai masa kan berakhir nanti

 

  • Guruku (Karya: KH A Mustofa Bisri (Gus Mus))

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya

Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar

Ketika aku besar dan menjadi pintar

Kulihat dia begitu kecil dan lugu

Aku menghargainya dulu

Karena tak tahu harga guru

Ataukah kini aku tak tahu

Menghargai guru?

sumber: pexels.com/ Anastasia Shuraeva

 

  • Guruku (Karya: Asty Kusumadewi)

Dengan letih kau mengajariku

Dengan sabar kau mengajariku

Dengan hati kau mengajariku

Dengan senyum kau mengajariku

 

Arti dari sebuah rasa ikhlas

Arti dari sebuah rasa tulus

Itulah definisi dari dirimu

Guru terbaikku

 

Kau ajarkan semua hal baru

Membaca

Menulis

Bercerita

Hingga aku pandai dalam mengeja

 

Guruku,

Kaulah manusia yang kudoakan setelah orang tuaku

Penuh kasih sayang kau berikan padaku

Terima kasih atas dedikasimu

Semoga engkau sehat selalu

 

  • Pena Sang Guru (Karya: Mesdiana, S.Pd)

Pena guruku

Tak pernah bosan menari-nari di diriku

Menuliskan banyak warna di jiwaku

Coretan lembut, hangat menyentuh kalbuku

 

Pena guruku hebat

Karena penanya aku tak telat

Tugas-tugasku tak lambat

Walau panas matahari menyengat hingga hujan lebat

 

Pena guruku sangat mengagumkan

Aku pun terbuai angan

Dunia akan kuguncangkan

Menuju sebuah pencapaian

 

Kuingin penaku seperti miliknya

Menggoreskan, melukiskan dan mewarnai anak bangsa

Hasil penamu tak kunjung penuh makna

Kaulah sang penaku yang berjuang sepenuh jiwa

 

  • Guruku (Karya: Ali)

Engkau selalu sabar dalam menghadapi ku

Engkau selalu tabah memberikan ilmu

 

Oh guru ku,

Engkau selalu sayang kepada ku

Meski aku membuatmu marah

 

Oh guru ku,

Engkau memilihku atau membimbingku di jalan yang lurus

Engkau membuat ku sukses hingga saat ini

 

  • Guruku (Karya: Nurwawan)

Setiap hari kau bagi ilmumu

Dengan keikhlasan dan kesabaran

Setiap hari kau bimbing aku

Dengan nasehatmu yang penuh makna

 

Guruku,

Tak pernah lelah kau ajar aku

Selalu semangat setiap tugas mu

 

Guruku terima kasih,

Atas semua pengorbananmu untukku

Maafkan salahku jika kau pernah terluka dengan kataku

Guruku, kau tak kan pernah terlupakan dalam hidupku

 

  • Tombak Keberhasilanku (Karya: Amanda Nurdhana D)

Pena menari di atas kertasku

Menuliskan setiap kata yang kau ucapkan

Memberikan secercah cahaya dalam kegelapan

Menuntunku menuju jalan kesuksesan

Walau letih terlihat di wajahmu tak menghapus semangatmu

 

Kau selalu mendampingiku menuju cita-citaku

Mengajariku hal-hal baru

Dengan sabar kau membimbingku

Walau sikap nakalku kadang mengganggumu

 

Sungguh besar pengabdianmu

Untuk mencerdaskan generasi mudamu

Terima kasih kuucapkan untukmu

Guruku

Kau adalah orang tua keduaku

 

Kan kukenang selalu jasamu

Sekali lagi kuucapkan terima kasih untukmu

Semoga selalu bahagia hidupmu

Kebaikan akan selalu menyertaimu

 

  • Guru (Karya: Lukman Hakim Saifuddin)

Tanpa Guru tak kan ada yang kita tahu

Tanpa Guru tak kan ada yang kita mampu

Tanpa Guru kita hanyalah debu yang terbang tak berarah

Ditiup angin tak tentu arah

 

Guru

Ucapanmu adalah petunjuk kami

Tindakanmu adalah teladan kami

Ridlamu adalah kunci sukses kami

Dan doamu, doamu adalah berkah tak bertepi

 

Maka, jika ada yang bertanya pada diri ini

Siapakah yang paling berjasa kepada diri ini?

Maka namamu yang akan kusebut pertama kali

Karena ibu dan ayah adalah juga guru utama kami

  • Sebatang Kapur (Karya: Iroh Rohmawati)

Deretan deretan bangku tanpa kedua kaki tetap berdiri meski tidak mampu berdiri tegak

Suara lantang terus kau keluarkan sampai mengusir tikus tikus kemalasan di otak kami

Tanpa mengenal lelah kau terus mendidik kami

Meski keringat bercucuran dan gaji tak seberapa dibandingkan gaji para aparatur aparatur negara yang tidak adil

Guru…

Nama yang akan selalu dikenang sepanjang masa

Dengan kelincahan menarikan sebatang kapur di atas papan tulis yang mulai mengantuk

Dan terus mendidik hingga kami mendapatkan arti pentingnya kehidupan

 

  • Pipit Kecil (Karya: Zuarni, S. Pd.)

Awal jumpa kita, Kami bukan siapa-siapa

Hanya pipit kecil dengan paruh menganga dan sayap setengah terbuka

Kami hanya berputar… berputar…

Dan hinggap di pundak ilmu guru-guru kami

Awal jumpa kita Kami bukan apa-apa

Hanya sobekan-sobekan kertas tak bermakna

Menunggu tangan-tangan kokoh dan jemari lentik guru kami

Merangkainya menjadi buku yang patut diperhitungkan

Guruku… lihatlah pipitmu

Kami telah seperkasa garuda, selincah merpati

Dengan ilmu dan petuahmu

Picing mata nanar telah sejelita mentari siang hari

Langkah seok… telah mantap menapaki jalan tajam beronak

Kini pipitmu…

Telah siap terbang… terbang memetik cita-cita kehidupan

Dia meninggalkan

Secuil sejarah hidup kami di sini.

 

  • Bersamamu, Guruku (Karya: Yoga Permana Wijaya)

Ketika aku menatap langit

Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit

Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku

Aku dapat menggapai cita setinggi itu

Ketika aku memandang samudera

Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada

Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku

Aku bisa merangkul mimpi seluas itu

Ketika aku melihat gunung

Beratnya takkan mampu kupikul di punggung

Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku

Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu

Itulah tinggi, luas dan bertanya jasa yang kau terima

Berkatmu. Ku Menatap, ku memandang, ku melihat sisi lain dunia

Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan

Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung

Terhatur terima kasih untukmu, guruku.

 

  • Jangan Ajari Aku Korupsi, Guruku (Karya: Abdul Hakim)

Kureguk ilmumu di saat aku dahaga akan ilmu

Kurasakan hangat kasih sayangmu kala engkau tebarkan teladan buat anakmu

Senyum sapa salammu setia menyambut kedatanganku

Tanpa kenal lelah engkau tebarkan kebajikanmu

Aku mungkin bukan anak yang pintar

Aku ingin meraup ilmu yang engkau ajar

Ilmumu aku goreskan dengan ujung pena

Di atas buku kusimpan jejak tulisanmu penuh rasa

Kuhayati tutur katamu dengan sepenuh jiwa

Aku ke sekolah bukan ingin mengumpulkan pundi-pundi angka

Aku mungkin bukan anak yang layak menyandang juara

Aku hanyalah anak negeri yang ingin melukis masa depan dengan penuh asa

Aku ingin membekali diri dengan ilmu yang kau semaikan sepanjang masa

Aku ingin guruku memberi angka apa adanya

Bukan angka basa-basi biar aku terlihat anak digdaya

Menipu diriku… orang tua… dan seluruh bangsa

Meski aku tahu guruku takut dikatakan gagal mendidik anak bangsa

Terpaksa memberi angka yang cetar membahana

Di bawah ancaman tunjangan takkan cair kalau anak diberi angka apa adanya.

Guruku… jangan ajari aku korupsi

Beri kami angka sesuai bukti yang engkau miliki

Itulah wajah kami yang masih harus belajar lebih keras lagi

Agar negeri ini kelak melahirkan generasi emas yang hakiki

Mampu berdikari taklukkan dunia yang kian berkompetisi

Bukan emas palsu yang menipu diri sendiri

Guruku… Ajarkan kami sepenuh hati dengan kejujuran dan hati.

sumber: pexels.com/ Ron Lach

 

  • Pahlawan yang terlupakan (Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar)

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan

Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula

Sosok yang terkadang terlupakan

Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan

Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini

Ingatlah lagi kiranya apa jasanya

Ia tak paham genggam senjata api Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya

Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya

Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya

Bukan ia yang diharap menang

Namun suksesmu dan sukseskulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini

Karenanyalah kudapat tulis sajak ini

Karenanyalah kau dapat baca sajak ini

Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan

Mungkin telah kau terka jawabnya

Ialah pahlawan dan orang tua kedua

Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan.

 

  • Jasamu Tak Terbalas (Karya: Saraswitha Shinta Hapsari)

Ketika ilmuku gelap gulita

Engkaulah pelitanya

Ketika ilmuku butuh cahaya

Engkaulah penerangnya

Kau bagi ilmu

Menerangi otakku

Seolah engkau berkata

“Rajinlah belajar muridku.. Agar kau sukses nantinya..”

Batinmu…

Padamu guru-guruku

Aku haturkan rasa hormatku

Untukmu guru-guruku

Aku ucapkan terima kasih

Atas ilmu yg telah kau bagi pada murid-muridmu

Jasamu tak kan pernah terbalas

Selamat hari pahlawan..

Untukmu pahlawan tanpa tanda jasa

Terima kasihku…

Karna tanpamu

Aku terjatuh di alam kebodohan

 

  • Sang Guru  (Karya: Fitriana Munawaroh)

Tentang kegelapan… tentang buta pada zaman dahulu kala….

Tentang kebodohan yang merajalela….

Dan tentang sosok penumpas itu semua….

Ialah sang guru….

Sosok yang ikhlas berbagi ilmu….

1, 2, 3 ,4 dan seterusnya….

Harapnya tetap tak lekang dimakan usia….

Tetap tak basi dari sebuah tradisi….

Dia tetap mulia…

Dengan segala wibawanya….

Masa depan?

Jangan kau tanyakan….

Aku dan kamulah sang harapan…

Menjadi lebih hebat dari apa yang ia ajarkan….

Maka genggamlah apa yang ia percayakan…

 

  • Di Hari Guru (Karya: Marzuli Ridwan Al-bantany)

Pagi itu, ketika salam dan senyummu menyapa,

Aku merasa ada sesuatu yang mengalir deras

Dari dalam jiwaku

Lebih deras dari nyanyian rintik hujan yang jatuh

 

Di dedaun kering

Dan halaman sekolah yang kita ditumbuhi

Rumput-rumput teki

Di wajahmu melukiskan hari esok untukku

Untuk teman-teman sekelas dan sebangku denganku

 

Kau beri kisah tentang cita-cita, tentang pengabdian

Yang mesti dirawat sepanjang masa

Sisi-sisi kehidupan sebagai tujuan penciptaan kita, Oleh-Nya Yang Maha Kuasa

 

  • Perajut Asa, Penyambung Mimpi (Karya: Hang Irfan)

Setiap harimu berdiri

Memandangi jiwa penuh mimpi

Beralun kata penuh makna

Membuka jalan penuh asa

 

Segelas ilmu yang tersaji

Seteguk amal yang kunikmati

Sebuhul pesan berbalut kasih

Merajut harap menutup perih

 

Kadang bibirmu bergetar hebat

Meneriaki ketidaktahuanku yang lambat

Meski lelah ucapmu membimbing

Keputusasaanmu tak bergeming

 

Wahai insan perajut asa

Meski diri kadang tak kuasa

Memendam amarah mengumbar murka

Namun hati masih terbuka

 

  • Sebatang Rotan (Karya: Muhammad Sapikri)

Kalau bukanlah disebabkan sebatang rotan itu

Tak akan mungkin aku mengenal namamu

Saat sebatang rotan melecut di tubuhku

Disitulah aku memahami rasa sakit

 

Rasa sakit yang mengajar dan menuntunku pada kehidupan sesungguhnya

Dia adalah guru mengajiku

Di setiap malamnya, ia selalu melirihkan doa

Agar muridnya kelas menjadi manusia yang berakhlak mulia

 

Sebesar apapun namamu nanti

Jangan kau lupa dengan sebatang rotan itu

Biarpun kini rotan itu telah rapuh dan patah

Rotan itu juga yang telah membesarkan namamu

 

  • Guruku, Melati di Ujung Laman (Karya: Adin)

Bersamamu rekah yang berketap di puncak malam

Tidak jua ranum di ujung pagi

Namun titis embun masih jua mampu hembuskan harap

Padamu yang masih igaukan fitri

 

Dalam dekap yang erat di buhul lelap

Langkah kakimu telah pecah di dalam leach

Berkubang segala lantang

Tentang suara yang tak jua pikirkan siang

 

Bertekak membentuk luka

Bertukak hingga kau tersiksa

Setelah riuh tengkujuh subuh

Kau masih hangat menyeduh tadah

 

Manis gula di ujung madah

Ada aku diselip dalam ratibmu

Senyummu tetap manis melati di ujung laman

Tingkahmu rentak zapin zaman berzaman

Segalamu adalah pedoman

 

  • Sumber Ilmuku (Karya: Dadenargabisma)

Guru kau adalah sumber ilmuku

Sumber ilmu yang telah lamaku cari dan

Kini telah mengisi perjalanan hidupku

Guru keramahan sikapmu seakan

Mempermudah masuknya berbagai

Macam ilmu yang bermanfaat untukku

yang Haus akan Ilmu

dan akan menjadi sebuah petunjuk

untuk Perjalanan hidupku

Guru saat kau memberikan

ilmu kepadaku Hati

ini mengetahui harapanmu

agar ilmu yang kau Berikan

Akan berguna diperjalanan hidupku kelak

Guru kumerasa terkadang diri ini

telah Mengecewakanmu

Dengan sikapku dan ku belum mampu untuk

Mengendalikan emosi yang ada didalam jiwaku

Guru untuk semua ilmu yang telah kau berikan kepadaku

Kuhanya mampu berterimakasih

Danku berjanji tak akanku mengecewakanmu.

 

  • Pahlawan yang Terlupakan (Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar)

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan

Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula

Sosok yang terkadang terlupakan

Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan

Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini

Ingatlah lagi kiranya apa jasanya

Ia tak paham genggam senjata api Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya

Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya

Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya

Bukan ia yang diharap menang

Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini

Karenanyalah kudapat tulis sajak ini

Karenanyalah kau dapat baca sajak ini

Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan

Mungkin telah kau terka jawabnya

Ialah pahlawan dan orang tua kedua

Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan

 

  • Sang Penerangku (Karya: Linda Miliasari)

Wahai sang lentera hati

Di saat kugelap akan ilmu

Kaulah penerang mendatangiku

Kau membuatku beranjak dari kebutaan ilmu

Dengan sabar dan senang

Kau mendidik kami setiap hari

Coretan kisah penuh arti

Tak lekang habis materi yang engkau kasih

Pembuka cakrawala dunia ini

Untaian mimpi penuh kasih

Masa depanku terlihat cerah karenamu

Jasamu sangat berarti

Takkan bisa pernah terganti

Kehadiranmu pasti Kunanti

Selamat Hari Guru

 

  • Terima Kasih Guru (Karya: Chairil Anwar)

Terima kasih, guru

Untuk teladan yang telah kau berikan

Aku selalu mempertimbangkan semua yang kau ajarkan

Dan merefleksikan itu semua pada karakter dan pribadiku

 

Aku mau menjadi sepertimu

Pintar, menarik, dan gemesin

Positif, percaya diri, protektif

 

Aku mau menjadi sepertimu

Berpengatahuan, pemahaman yang dalam,

Berpikir dengan hati dan juga kepala

Memberikan kami yang terbaik

Dengan sensitif dan penuh perhatian

 

Aku mau menjadi sepertimu

Memberikan waktumu, energi, dan bakat

Untuk menyakinkan masa depan yang cerah pada kita semua

 

Terima kasih, guru

Yang telah membimbing kami

Aku mau menjadi sepertimu

 

  • Gerbang Masa Depan (Karya:Ni Negah Restari)

Aku melangkah Dari lembah yang gelap

Helaan nafas yang terhempas

Untuk menggapai secercah harapan

Terhempas gelombang, berpijak batu karang

 

Kau datang Tangan halusnya menyentuh

Meraba

Membuai

Memeluk dan berpelukan

Jauh di lubuk hati untuk membimbingku

Menuju gerbang masa depan

 

Dengan tatanan sikap pengetahuan

Dan ketrampilan yang kau tebar

Aku yang dulu bukan apa-apa

Karena kebodohan

Kini aku mampu berdiri tegak

Menjadi siapa dan siapa

Itulah tadi beberapa contoh puisi hari guru yang dapat kamu bacakan pada guru Anda atau sebagai referensi untuk membuat puisi baru untuk lomba. Selain puisi, Sobat Shopee juga bisa memberikan hadiah untuk Hari Guru yang bisa didapatkan dengan mudah di Shopee. Apalagi banyak promo menarik yang bisa kamu manfaatkan, seperti diskon live shopping Shopee Live, Gratis Ongkir, dan Shopee Video. Yuk, kita rayakan Hari Guru Nasional! Semoga berbagai puisi tersebut membuat momen Hari Guru lebih bermakna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *