Hari Valentine dipakai untuk merayakan cinta dan kasih sayang. Tapi, tradisi Valentine ini ternyata berawal dari kisah miris, suram, dan sedikit banyak membingungkan lho! Meskipun asal muasal Valentine belum pasti, tapi kita bisa melacaknya dari masa Romawi kuno. Simak ulasan berikut ini untuk tahu fakta kelam di balik perayaan hari Valentine!
Pada zaman Romawi, pada tanggal 13 sampai 15 Februari, orang Romawi merayakan festival Lupercalia. Lupercalia sendiri merupakan festival untuk membersihkan roh jahat dari kota-kota, serta memohon kesehatan serta kesuburan. Cara mereka merayakannya? Bisa dibilang cukup kejam, yakni dengan mencambuk para wanita dengan kulit hewan.
Sadis ya? Tapi, para wanita kala itu justru percaya kalau mereka akan memperoleh kesuburan melalui cara ini. Selain itu, akan ada acara lotre, di mana sang pria akan mengambil kertas bertuliskan nama seorang wanita. Kalau cocok, mereka akan menjadi pasangan hingga seterusnya.
Kaisar Romawi, Claudius II, juga ikut ambil bagian dari nama ‘Valentine’ yang kita kenal sekarang ini. Ia mengeksekusi dua orang laki-laki yang bernama Valentine pada tanggal 14 Februari. Diduga, salah satu adalah seorang Pastor yang diam-diam menikahkan para pasangan, padahal kala itu pernikahan dilarang keras oleh Kaisar Claudius.
Banyak orang yang menghormati Valentine lalu merayakan kematiannya pada tanggal 14 Februari. Di kemudian hari, Paus Gelasius I menggabungkan hari perayaan Valentine dengan Lupercalia. Tujuan beliau adalah untuk membuat hari Valentine bebas dari nilai-nilai religius, sehingga tidak lagi ada sangkut paut agama dengan hari Valentine.
Seiring waktu berlalu, hari Valentine justru semakin dirayakan. Tokoh literatur Chaucer dan Shakespeare meromantisasi hari Valentine melalui karya-karyanya, dan hari Valentine pun menjadi sangat populer di Inggris dan di sebagian besar Eropa. Kartu buatan tangan mulai dibuat untuk merayakan hari Valentine di masa ini.
Tradisi ini berlanjut hingga ke masa New World di Amerika. Revolusi industri memungkinkan kartu-kartu dibuat di pabrik secara masal. Pada tahun 1913, perusahaan penerbit kartu, Hallmark, mulai memproduksi kartu Valentine secara masif. Saat itulah perayaan hari Valentine dirayakan seperti kita merayakannya sekarang ini, menggunakan kartu ucapan, rangkaian bunga, cokelat, perhiasan, dan makan malam romantis.
Beberapa orang merasa kecewa karena hari Valentine malah semakin dikomersialisasi. Rasanya, merayakan Valentine menjadi ‘kewajiban’ belaka, bukan hal yang tulus lagi. Ingat! Kamu bebas mengekspresikan rasa cintamu pada hari apa saja, bukan hanya hari Valentine. Tapi, tidak ada salahnya kan kalau pergi berkencan di hari kasih sayang yang semua orang rayakan ini?
Image source: Peakpx, Hallmark Ideas, Williamshakespeare.net, The Mad Monarchist, ThoughtCo
LV