Seiring dengan perkembangan teknologi, kamera menjadi salah satu alat yang tidak akan pernah ketinggalan. Kamera pocket adalah pilihan yang cocok untukmu, bentuk yang minimalis dan mudah untuk dibawa tidak akan merepotkamu dalam kebutuhan nge vlog.
Kamera pocket sangat cocok untuk kamu yang memiliki hobi traveling dan vlogging. Kedua kegiatan tersebut membutuhkan kamera yang simple dan mendukung untuk mendokumentasikan setiap moment.
Pada tahun ini ada dua kamera pocket yang diperkirakan akan bersaing untuk memenuhi kebutuhan para vlogger. Nah langsung saja kita bahas perbandingan Canon G7X Mark III dan Sony ZV-1. Yuk disimak!
Dibekali dengan sensor CMOS stacked tipe 1 inci dengan resolusi 20MP dan dipadukan dengan prosesor Digic 8. Sehingga dapat mengangkat kinerja kamera secara keseluruhan.
Canon G7 X Mark III mengusung lensa zoom 24-100 mm yang sama seperti seri seblumnya. Satu lensa praktis yang mencakup focal length dari wide sampai tele untuk memudahkan segala jenis fotografi.
Memiliki aperture maksimum f1.8 pada focal length 24 mm dan f2.8 di 100mm. Tak hanya membuatnya cukup dapat diandalkan dalam situasi kurang cahaya, tapi juga mampu menciptakan foto dengan latar belakang potrait yang canggih. Triknya dengan menggunakan focal length paling panjang 100mm, aperture paling besar f2.8, dan ISO paling kecil di 125.
Memiliki CMOS bertipe stacked 1 inci beresolusi 20MP. Dilengkapi chip DRAM, dan prosesor BIONZ X generasi terbaru ditambah LSI front-end.
Memiliki lensa zoom setara 24-70 mm F1.8-2.8 ZEISS Vario-Sonnar, lensa ini dilengkapi lengkap dengan ND filter seningga dapat mengurangi shutter speed saat pengambilan foto maupun video di luar ruangan.
Kelebihan dari kamera ini, pada focal length 24 mm kita bisa menggunakan aperture f1.8. Apabila menggunakan fitur electronic stabilization SteadyShot dan menggunakan tripod mini, masih memiliki bidang pandang yang luas untuk menampilkan background.
Melirik dari segi design kamera ini tidak dilengkapi hot shoe dan tanpa kehadiran viewfinder electronic. Tetapi memiliki flash dengan mekanisme pop up.
Beralih pada bagian lain, dibawah tombol shutter dan roda kontrol mode pengambilan gambarnya (drive dial) terdapat aksen merah yang menandakan bahwa kamera ini punya kemampuan video cukup baik.
Sistem kontrol manual pada G7 X Mark III cukup memadai untuk pengambilan gambar secara cepat. Pengaturan aperture dapat melalui ring lensa, sedangkan shutter speed diatur melalui ring tombol navigasi di depan. Fitur quick menu pada layar sentuh digunakan untuk pengaturan ISO dan sisanya.
Rancangan ulang Sony terdapat pada kamera ini mulai dari layar vari-angle, absenya pop up-flash yang digantikan dengan hot shoe dan mikrofon directional 3-capsule. Pada bagian atas, hilangnya mode pengaturan dalam bentuk dial fisik diganti menggunakan tombol biasa, ditambah tombol perekam video, tombol shutter dengan tuas untuk zoom, tombol untuk Background Defocus, dan tombol power
Yang lebih penting, hilangnya fitur cincin kontrol pada lensa mungkin dapat menyebabkan kekecewaan penggemar kamera dengan tali. Sony ZV-1 hanya menyediakan pengait tali di sebelah kanan saja, tetapi bisa dimaklumi karena akan mengganggu layar saat diputar bila ada pengait tali di sebelah kiri.
Satu-satunya roda kontrol ada di bagian depan dan multi fungsi, baik untuk mengatur shutter speed, aperture, ISO, manual focus, dan navigasi menu. Seperti kebanyakan kamera Sony, layar sentuh 3 inci beresolusi 921.600 titiknya fungsinya terbatas untuk touch focus dan aspek rasionya 3:2 daripada rasio 16:9 yang digunakan untuk perekaman video.
Kamera ini mampu memotret dalam format raw burst mode hingga 30fps ditambah dukungan perekaman video 4K 30fps. Hasil pemotretan bisa disimpan dalam format JPEG, Raw, dan Craw, pemilihan aspek rasionya pun beragam, mulai dari 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1. Terdapat tiga mode autofocus yang bisa dipilih yakni Face Tracking, Spot, dan 1-point.
Untuk perekaman videonya, kamera saku ini mampu merekam video 4K UHD 30fps tanpa crop dengan batasan durasi 10 menit dan video high frame rate 1080p pada 120 fps. Pemberlakuan batasan durasi tersebut sangat wajar, mengingat body kamera ini sangat kecil.
Kelemahan perekaman kamera ini terdapat pada overheat. Kejadian ini bisa muncul ketika kamera dipaksakan untuk merekam video dengan format resolusi 4K 120fps.
Sony ZV-1 dapat merekam video UHD 4K 24p-30p full pixel readout pada format XAVC-S, secara default durasi perekaman video 4K-nya dibatasi 5 menit. Tetapi batasan tersebut bisa dihapus dengan mengubah pengaturan auto power off temp dari standar menjadi high.
Sony mengklaim, ZV-1 dapat merekam video 4K lebih dari 30 menit dan mendukung SteadyShot active. Hal ini memang cukup menarik, namun seperti kebanyakan camera pocket yang memiliki ukuran kecil, pada saat 30 menit pemakaian sudah muncul peringatan overheat.
Ketika merekam dengan resolusi Full HD 1080p, Sony ZV-1 mendukung 24 fps, 30 fps, 60 fps, dan 120 fps. Terdapat juga fitur high frame rate dimana video kualitas rendah dapat di upscale menjadi 1080p. Pengetesan frame rate terbaik terdapat di 240 fps, namun setelah 480 fps dan 960 fps kamera sudah mengeluarkan noise.
Perekam videonya didukung picture profile seperti S-Log2, S-Log3, dan HLG. Beberaa fitur tersebut cukup mewah yang memberikan fleksibilitas saat post-production, meskipun output videonya masih 8-bit.
Kedua camera pocket ini dikhususkan untuk para vlogger yang membutuhkan kamera yang ringkas, banyak fitur, dan memiliki kualitas yang baik pada pengambilan video. Kamera ini juga sangat cocok digunakan bagi pemula fotografi maupun videografi. Sony ZV-1 dijual mulai harga 9.9 Jutaan, sedangkan Canon G7X Mark III dijual mulai harga 8.9 Jutaan!
Beli Canon G7X Mark III dan Sony ZV-1. Dapatkan Harga Termurah Cuma Di Shopee!
Berdasarkan review yang telah dilaukan diatas, kedua kamera tersebut dirasa cukup seimbang, tetapi Sony ZV-1 menghadirkan kemampuan video yang sedikit lebih unggul dibanding Canon G7X Mark III. Tetapi interface yang digunakan oleh Canon dikenal sangat praktis, sehingga dapat dipakai oleh semua kalangan.
Featured