Meski sempat redup pamornya karena tenggelam dalam bayang-bayang kamera digital, kamera film yang notabene sudah tak diproduksi lagi kini kembali digandrungi oleh peminat fotografi. Tidak hanya dari kalangan senior, kamera film juga ternyata kini telah merambah hati penggemar foto dari kalangan muda-mudi lho.
Beberapa tahun belakangan, rumah produksi roll film banyak disetop karena turunnya peminat kamera film pada masanya. Namun hal tersebut tak lantas membuat kamera film mati begitu saja. Segelintir masih tetap setia untuk menggandeng kamera film sebagai senjata dalam mengabadikan momennya, hingga sekarang kamera film mulai berjamuran lagi penggunanya. Lihat saja sekarang, di Indonesia sendiri peminat kamera film kian meninggi. Peminat kamera film saling berbagi hasil foto satu sama lain melalui jejaring sosial Instagram lewat tajuk 35mmindo.
Namun jika ingin ditelusuri lagi, sebenarnya apa sih yang membedakan kamera film dengan kamera masa kini? Yuk cari tahu selengkapnya di bawah ini.
Hasil akhir kamera film berupa gambar laten di lembaran film yang harus dimunculkan dan dibuat permanen lewat sebuah proses yang melibatkan sejumlah cairan kimia yang kemudian diperbesar sesuai kebutuhan untuk dicetak di kertas film. Jumlah frame foto film yang bisa disimpan dalam satu media (roll film) biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan kamera digital (kartu memori). Satu roll film 135 misalnya, hanya berisi 36 frame. Proses menuju hasil akhir pada kamera film memang lebih rumit, tapi sekaligus menambahkan satu tahapan yang bisa dimanfaatkan untuk memodifikasi tampilan foto final, yakni proses pencucian.
Pernah melihat hasil foto dengan tekstur berbintik? Itulah yang dinamakan sebagai grain. Tekstur tersebut muncul dikarenakan partikel-partikel kimia dalam lembaran film. Noise dan grain biasanya makin tampak apabila sensitivitas sensor atau film meningkat. Film ASA 400 misalnya, cenderung memiliki grain berukuran lebih besar dan lebih terlihat dibandingkan film ASA 100.
Walaupun terkadang dianggap dapat mengganggu, kemunculan tekstur bintik-bintik ini sering pula dengan sengaja dimanfaatkan untuk menambah efek artistik, terutama pada foto hasil jepretan kamera film.
Dynamic range merupakan rentang tonal yang bisa ditangkap oleh sensor kamera atau film dari titik paling terang ke yang paling gelap. Kemampuan dynamic range, misalnya, menentukan apakah subjek foto yang mengalami backlight akan gelap total atau masih terlihat raut wajahnya. Semakin tinggi dynamic range, semakin baik pula kemampuan sensor kamera digital atau film untuk menangkap semua detil foto di area gelap dan terang.
Image: Unsplash
WN
Gadget & Electronics