Julukan The Godfather of Broken Heart disematkan pada Didi Kempot bukan tanpa alasan. Beberapa sad boys dan sad girls bahkan menyebut Didi Kempot sebagai sosok Emo Indonesia sejati. Hal ini lantaran lagu dan liriknya yang bikin hati terasa seperti diiris. Sebut saja lagu “Banyu Langit” yang mengembalikan ingatan kita akan sosok mantan yang pergi dan tak kunjung kembali. Atau lagu “Sewu Kuto” tentang perjalanan panjang seseorang mencari kekasih hati. Tapi, apa sih sebenarnya musik emo itu?
Turunan musik rock
Emo di sini diartikan sebagai segala hal yang emosional dan menyentuh hati, baik dari lirik, melodi, atau cara penyampaiannya. Sebetulnya, emo sendiri adalah genre musik yang mendekati rock dengan irama melodius dan lirik yang cenderung ekspresif sebagai ciri khas. Kita akan terperangkap dalam situasi hati yang sama setelah mendengarkan musik karya Didi Kempot dan musik emo lainnya, yaitu sedih bahkan sampai ingin menangis.
Nge-hits tahun 2000
Konon, musik emo dimulai sejak tahun 1984 setelah kemunculan band “Rites of Spring” lalu melejit di tahun 2000-an. Bisa dibilang saat itu adalah era keemasan bagi emo kids, khususnya di Indonesia. Band emo seperti “Saosin” dan “Story of The Year” jadi kiblat para remaja. Nggak hanya dalam bermusik, tapi juga dalam berpakaian. Gaya dengan poni klinis ditambah kaos dan jeans super ketat atau kuteks hitam ala anak emo pun sempat jadi tren fashion pada masanya.
Meski lirik yang ‘menyayat’ jadi ciri khas , ‘Lord’ Didi mengajak pendengarnya untuk ikut jogetin sakit hatinya bersama! Buat apa diratapi sendiri, rayakan bersama saja, sebab di luar sana banyak yang senasib dengan kita. Begitu kira-kira nasihat dari Didi Kempot, The Godfather of Broken Heart untuk para sobat ambyar. Setelah tahun lalu resmi menjadi brand ambyarssador Shopee Indonesia, Didi Kempot sempat memeriahkan kampanye akbar Shopee, lho! Sebut saja Shopee 12.12 Birthday Sale dan Shopee 2.2 Men Sale. Nah, Sobat Shopee, jadi nggak sabar kan untuk kejutan spesial dari Shopee dan Didi Kempot lainnya?