Sinopsis:
Nagisa dan Andi sudah tiga tahun berumah tangga. Rumah tangga mereka jauh dari konflik dan pertengkaran, hingga datang sang penggoda, Tiara. Apakah Andi akan memilih Nagisa, istri yang sudah tiga tahun hidup bersamanya atau memilih Tiara, wanita yang mampu membuat hatinya merasakan jatuh cinta kembali?
***
Andi PoV
“Kenapa, Sayangku?” kata Tiara penuh manja kepadaku. Entah kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku.
“Tidak apa-apa, Sayang,” kataku sambil memandang wajah Tiara yang terlihat sangat cantik dengan lipstik merah kesukaannya.
Hubunganku dengan Tiara berjalan dengan lancar apalagi setelah satu bulan Nagisa meninggalkan rumah. Aku hanya menemui Nagisa karena ingin bertemu, Reno, anak kami. Setiap aku ke sana, Nagisa selalu terlihat pucat dan semakin kurus akhir-akhir ini.
“Kamu melamun lagi? Gimana sih sayang masak aku dicuekin,” kata Tiara mengagetkanku. Aku tersadar ini jadwalku bertemu Reno.
“Sayang, aku harus pergi. Aku ada rapat dengan sponsor,” kataku berbohong pada Tiara. Kulihat wajahnya tak percaya padaku.
“Iya, pergilah! Tapi, jangan berusaha bohong ya! Aku tahu jika kamu bohong,” kata Tiara mengancamku. Terlihat ada ekspresi curiga di wajahnya.
“Iya, sayang. Aku janji!” kataku menyakinkan Tiara.
Aku pergi meninggalkan Tiara menuju mobilku. Kukendarai mobilku dengan kecepatan tinggi karena aku sudah janji bertemu Reno.
***
Nagisa PoV
“Reno, no!” kataku marah pada Reno ketika ia berusaha memukul wajah Irfan, sahabat dekatku saat waktu sekolah masak di Inggris.
“Hahaha… Nggak apa-apa. Namanya juga anak-anak,” kata Irfan sambil menggendong Reno. Sepertinya Reno mulai tenang dan mau digendong Irfan. Biasanya Reno hanya mau digendong Andi.
“Siapa kamu?” tiba-tiba ada suara terdengar dari pintu. Ketika aku memalingkan wajahku, terlihat sosok Andi berdiri di depan pintu sambil menatap tajam. Aku lupa kalau hari ini memang jadwal Andi bertemu Reno.
“Sini, ini anakku!” kata Andi sambil mengambil Reno dari gendongan Irfan. Kulihat wajahnya merah menahan emosi.
“Mas Andi, kamu lupa dia Irfan, sahabatku,” kataku menjelaskan pada Andi. Tapi entah kenapa wajahnya tetap marah padahal sudah kujelaskan.
“Aku tidak lupa! Mbok Jum! Bawa Reno bermain di kamar ya!” kata Andi sambil memberikan Reno kepada Mbok Jum.
“Dan kamu, Irfan! Bisa pergi sekarang juga karena saya ingin berbicara dengan Nagisa, istriku?!” kata Andi ke Irfan sambil menunjuk pintu keluar.
“MAS!” kataku marah pada Andi yang tak sopan kepada sahabatku.
“Nggak apa-apa, Na. Aku juga mau pergi kok,” kata Irfan kepadaku. Sungguh aku tak enak hati sama Irfan. Ada apa sama Andi? Kenapa dia jadi marah-marah begini?
“Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan Irfan!” kata Andi sambil menatapku dengan ekspresi marah setelah Irfan meninggalkan rumah kami. Mendengar teriakannya membuatku ikutan emosi. Apa dia lupa kalau kemarin sudah menalakku? Cukup sudah kesabaranku pada Andi.
“Kenapa? Aku sekarang sudah bebas! Boleh dekat dengan pria manapun. Toh, aku tidak pernah melarangmu bertemu dengan pelakor itu!” kataku tak mau kalah dengan Andi. Kulihat ekspresinya kaget dengan kata-kataku barusan. Kami terdiam beberapa menit. Kulihat Andi terus memandangiku.
“A…aku masih mencintaimu!” Kata Andi kepadaku dengan lirih. Aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Apa aku salah dengar?
“Aku masih mencintaimu! Aku mau kita rujuk. Aku akui, aku memang salah! Aku akan putus dengan Tiara. Aku tidak akan selingkuh lagi. Aku janji, Nagisa!” kata Andi dengan mata berkaca-kaca. Apakah ia bersungguh-sungguh atau hanya ingin mempermainkanku lagi? Apakah ada jaminan kalau dia tidak akan selingkuh lagi?
“Aku tidak mau rujuk,” kataku yakin. Tapi sebenarnya ada keraguan dalam hatiku karena memang aku masih MENCINTAI Andi. Namun, aku masih belum bisa melupakan kata-katanya beberapa waktu lalu bahwa dia TIDAK BAHAGIA denganku.
“Kenapa? Aku masih sayang kamu, Nagisa. Aku janji aku akan sayang padamu dan anak kita. Kamu menyuruhku jadi guru ‘kan? Oke, aku akan tinggalkan dunia keartisan demi kamu. Kita akan hidup bahagia,” kata Andi sambil mengenggam tanganku.
“Bagaimana?” tanya Andi penuh heran karena aku belum menjawab pertanyaannya.
“Aku tak bisa lagi, Mas. Aku mencintai Irfan. Maaf,” kataku berbohong dan melepas genggaman tangannya. Hatiku perih mengatakan kebohongan ini. Aku masih mencintai Andi tetapi entah kenapa aku belum bisa menerimanya.
***
Nagisa duduk termenung di teras rumah memikirkan ucapan suaminya tadi siang yang mengajak rujuk.
“Nyonya, ada tamu didepan mencari nyonya!” kata Mbok Jum. Nagisa heran karena hari ini dia tidak ada janji dengan siapapun. Sesampainya di ruang tamu Nagisa melihat dua orang pria berbadan tinggi yang ternyata adalah seorang polisi.
“Ada apa ya, Pak? Silahkan duduk dahulu,” kata Nagisa sambil mempersilakan dua polisi tersebut untuk duduk.
“Begini, apa benar anda istri dari Bapak Andi?” kata seorang polisi kepada Nagisa.
“Iya, benar,” kata Nagisa yang kini semakin bingung. Ada hubungan apa antara Andi dan para polisi ini? Apakah Andi melakukan kesalahan?
“Ibu, kami turut berduka cita. Tadi siang Bapak Andi mengalami kecelakaan di jalan tol Bekasi. Maaf, nyawanya tidak dapat diselamatkan,” kata polisi kepada Nagisa.
Apa? Tunggu dulu. Apa maksudnya ini? Andi mengalami kecelakaan?
“Tidak, Pak. Bapak pasti bohong. Tadi siang saja dia baru kesini, kok! Anda jangan bohong! Ini model penipuan terbaru ya?” kata Nagisa sambil marah-marah.
“Ini dompet korban. Sekarang jenazahnya ada di RS Cipta Harapan,” kata polisi sambil menyerahkan sebuah dompet ke Nagisa. Melihat dompet itu, Nagisa pun langsung memeriksanya dan ternyata memang benar kalau itu adalah dompet milik Andi.
“Kenapa, Mas? Kenapa kamu tinggalin aku? Baru saja kamu bilang ingin rujuk denganku? Katanya kamu sayang sama aku? Katanya kamu akan meninggalkan PELAKOR itu? Tidak, aku masih cinta sama kamu, Mas! Kembali, Mas Andi. Tolong kembali!” teriak Nagisa histeris sambil menangis.
***
Tidak akan ada akhir bahagia apabila diawali dengan kebohongan. Tidak akan ada akhir dengan senyuman jika hubungan dimulai dengan perselingkuhan.
TAMAT
Anandaa chanel