Kandasnya hubungan yang telah susah payah dibangun tentu akan meninggalkan luka serta kenangan yang berarti. Sebagai seorang manusia, wajar jika kita merasa sedih bahkan putus asa, seakan-akan sudah tidak ada lagi yang pantas untuk mencintai atau dicintai. Namun, itulah kondisi yang harus kita lalui, menurut teori The Five Stages of Grief. Apa saja sih fasenya?
Pada fase ini, seseorang cenderung menolak realita yang terjadi, yaitu menyangkal jika hubungan tersebut telah berakhir. Kondisi yang dapat terjadi berupa; “Ah tidak mungkin dia tega meninggalkanku, pasti besok dia akan mengajak balikan”, “Aku harus menghubungi dia, membujuk dia kembali”, “Dia pasti masih sayang kepadaku, pasti dia akan kembali”. Fase denial adalah fase paling awal yang terjadi untuk merespon situasi yang baru saja ia hadapi.
Masuk ke fase marah, seseorang akan mencari siapa yang harus disalahkan akan kandasnya hubungan tersebut, dirinya kah? Pasangannya? Atau bahkan orang lain. Pada fase ini mungkin sebagian orang akan menjadi lebih sensitif dan emosional, ia akan cenderung menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungan yang terjadi. “Ini tidak adil!”, “Mengapa harus aku yang sangat tersakiti disini?”, “Aku sadar aku yang salah, tapi dia juga salah karena memilih meninggalkanku!”
Fase tawar-menawar ini, emosi mulai terkendali dan tenang. Pada tahap ini, seseorang yang patah hati akan fokus kepada dirinya sendiri, mencari kemungkinan- kemungkinan yang ia anggap dapat memperbaiki apa yang telah terjadi, dan masih menyalahkan diri sendiri. “Seandainya aku dulu lebih sabar menghadapi sikap dia yang seperti itu, pasti kami masih bersama.”, “Kalau aku masih diberikan kesempatan kedua, aku janji akan berubah.”. “Aku akan melakukan apapun untuk membuat dia kembali.”.
Setelah tawar-menawar pada diri sendiri, seseorang akan masuk ke dalam fase depresi dimana ia mulai menyadari bahwa semua yang ia pikirkan adalah kesia-siaan belaka, kehilangan yang terjadi adalah nyata. Fase ini seseorang akan merasa tidak berharga, tidak ada yang mau mencintainya lagi, dan segala macam hal tentang keputus-asaan. Ia akan merasa dirinya gagal dan kehilangan diri sendiri. Lucunya, fase ini merupakan fase menyakitkan terakhir yang harus dilewati.
Fase terakhir dari The Five Stages of Grief adalah penerimaan, dimana seseorang yang telah bangkit dari fase depresi secara sadar dan ikhlas menerima semua hal yang terjadi padanya. Pada fase ini, seseorang tersebut sudah dapat mengikhlaskan berakhirnya hubungan tersebut dan siap menjalani kehidupan barunya tanpa pasangan tersebut.“Aku sudah ikhlas menerima semuanya.”, “hidup harus tetap berjalan, dan aku tidak boleh begini terus-terusan.”, “aku bisa bahagia tanpa dirinya.”
Nah, itulah 5 fase yang harus dilewati seseorang yang mengalami patah hati menurut The Five Stages of Grief. Meskipun berat, namun itulah proses yang diperlukan untuk menyembuhkan “luka” tersebut.
Fithriyyah
Mel memberi komentar. Dari 5 wajah yg telah di perlihatkan dgn arti yg pas dan jelas dlm masalah patah hati, klw bisa dgn masalah ini dihadapi dgn dewasa juga buat pengalaman yg sangat berharga walaupun umur kurang dewasa, tapi pergaulan yg membuat kita jera dari sipat masing2, apa lagi ini buat teman dekat yg bikin hati juga kemauan, untuk menjadi dambaan hidup, Intinya siap buat pengalaman menjadi Dewasa