Berita tragedi kecelakaan pesawat kembali menimpa tanah air. Pada hari Sabtu, 9 Januari 2021 lalu, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak hilang kontak dan dilaporkan jatuh beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Badan SAR Nasional (Basarnas) melaporkan bahwa pesawat tersebut jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Berdasarkan data manifes, pesawat Boeing 737-500 tersebut mengangkut 62 orang, yakni 50 penumpang dan 12 kru. Dari jumlah tersebut, terdapat 40 orang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi.
Pencarian pesawat pun masih terus dilakukan dan hingga hari ini, beberapa barang bukti yang diyakini berkaitan dengan tragedi pesawat Sriwijaya telah ditemukan. Salah satu benda yang amat dicari adalah kotak hitam atau black box pesawat.
Pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 telah berlangsung sejak dua hari yang lalu. Hingga kini, sejumlah serpihan pesawat, bagian tubuh, kabel, pecahan ban, tumpahan minyak, hingga properti milik penumpang mulai ditemukan. Tim SAR gabungan juga dikabarkan telah menemukan bagian pesawat yang besar di dasar laut.
Tidak hanya itu, lokasi kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 juga telah ditemukan. Dilansir dari situs Kompas, dalam konferensi pers hari Minggu, 10 Januari 2021 kemarin, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengumumkan bahwa tim pencari telah menandai area yang diduga kuat sebagai lokasi di mana black box pesawat Sriwijaya berada.
Tim pencari berhasil menemukan lokasi tersebut berkat sinyal yang dipancarkan oleh black box. Sinyal tersebut terdeteksi di kedalaman 17-20 meter dan tim penyelam telah dikerahkan untuk mulai mencari di sekitar lokasi black box tersebut pada Minggu malam. Tim tersebut terdiri dari 17 Personel Denjaka, 14 Personel Taifib, dan 23 personel Kopaska dengan perlengkapan seperti searider, perahu karet, peralatan selam, alat komunikasi bawah air, GPS bawah air, hingga kamera bawah air.
Selain mengerahkan tim untuk mencari black box pesawat, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga kini tengah fokus mengidentifikasi bagian-bagian pesawat yang telah ditemukan, dan mengangkat bagian pesawat yang lebih besar. Pengangkatan bagian pesawat yang lebih besar nantinya akan dilakukan dengan kapal khusus.
Saat peneliti ingin menginvestigasi mengapa sebuah pesawat bisa mengalami kecelakaan dan jatuh, maka mereka akan membutuhkan black box atau kotak hitam.
Black box pesawat, atau lebih dikenal dengan istilah cockpit voice recorder atau flight data recorder dalam industri penerbangan, merupakan alat yang terbuat dari material yang amat kuat dan berfungsi untuk merekam data-data penerbangan dan percakapan dalam ruang kokpit pesawat. Agak mirip dengan memory card atau hard disk.
Kontras dengan namanya, sebetulnya black box memiliki warna oranye. Pemilihan warna mencolok ini adalah agar dapat ditemukan dengan mudah. Alat perekam ini juga terdiri dari dua alat yang berbeda, yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR).
FDR berguna untuk merekam hal-hal seperti kecepatan udara, ketinggian, temperatur, dan bahan bakar. Sementara itu, CVR merekam suara yang ada di dalam ruang kokpit, seperti percakapan antara pilot dan ko-pilot, interaksi dengan air traffic control (ATC), hingga suara-suara lain seperti pengumuman dari komputer, radio, juga pengumuman kepada penumpang. Suara dari mesin juga turut direkam oleh CVR.
Karena CVR merekam semua suara yang ada dalam kokpit, termasuk percakapan pribadi para pilot, maka CVR hanya dapat merekam maksimal 120 menit. Bila sudah mencapai 120 menit, CVR akan lanjut merekam dengan meng-overwrite rekaman sebelumnya.
Dengan menganalisa data-data dari CVR, maka peneliti dapat menentukan apakah kecelakaan pesawat terjadi karena kesalahan teknis, human error, maupun faktor lainnya.
Mengingat pentingnya black box dalam investigasi kecelakaan pesawat, maka alat ini dibuat dengan bahan-bahan yang kuat. Black box didesain untuk mampu bertahan dalam kondisi-kondisi ekstrim, seperti bertahan dalam suhu lebih dari 1,000° C selama 1 jam, dan dalam air maupun cairan lainnya hingga 6,000m.
Alat ini juga dilengkapi dengan underwater beacon atau suar bawah air yang akan secara otomatis memancarkan sinyal ultrasound terus-menerus selama 30-90 hari begitu menyentuh air. Sinyal ini nantinya akan ditangkap oleh satelit untuk memudahkan tim pencari dalam menemukan black box pesawat.
Nah, Sobat Shopee, ada baiknya bila kita meluangkan sedikit waktu untuk mendoakan para korban tragedi pesawat Sriwijaya, juga pihak-pihak yang sedang menginvestigasi sebab-akibat kecelakaan pesawat ini. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Featured