Indonesia merupakan negara dengan ratusan bahkan ribuan budaya. Setiap budaya ini tentunya memiliki pandangan dan kepercayaannya masing-masing. Baik itu pandangan tentang cara berpakaian, bergaul, hingga kehamilan.
Nah, salah satu yang akan kita bahas kali ini adalah mitos kehamilan menurut adat Jawa, Bunda. Untuk Bunda yang berada di lingkungan Jawa pasti pernah mendengar setidaknya satu dari beberapa mitos berikut ini:
Menurut mitos Jawa, jika Bunda atau suami membunuh hewan, maka anak yang lahir juga memiliki wajah yang sama dengan hewan yang dibunuh. Jika dilihat dari sisi medis, tentu tidak ada hubungannya membunuh hewan dengan kesehatan janin, Bunda. Tapi tetap saja, membunuh hewan yang tak mengganggu adalah perbuatan yang tidak baik.
Sama seperti sebelumnya, jika Bunda berprasangka buruk pada orang lain atau suatu hal, maka mitosnya anak Bunda juga akan mengalami hal buruk tersebut. Mitos ini memang tidak benar, namun menghindari berprasangka buruk atau berpikiran negatif bisa membuat kondisi psikis Bunda lebih baik sehingga menghindari stres.
Mitos Jawa percaya bahwa duduk di tengah-tengah pintu dapat membuat proses persalinan Bunda terhambat saat si kecil baru keluar setengah. Kalau dilihat dari sisi medis, tentu hal ini tidak bisa dibuktikan, Bunda.
Mitosnya, kalau ngidam tidak dikabulkan, nanti si kecil akan suka ngiler. Sebenarnya, tidak ada hubungannya antara ngidam dengan kondisi anak yang ngiler, Bunda. Ngidam merupakan kondisi ketika Bunda menginginkan sesuatu saat hamil, baik itu makanan hingga kegiatan tertentu. Ngidam makanan juga biasanya menjadi tanda bahwa tubuh Bunda membutuhkan nutrisi tertentu dari makanan tersebut.
Menurut mitos Jawa, duduk terlalu lama dapat mempersulit proses persalinan Bunda, terutama pada saat hamil tua. Mitos ini tidak sepenuhnya salah, karena duduk terlalu lama memang dapat memengaruhi kesehatan Bunda, namun bukan berarti dapat mempersulit proses persalinan. Duduk terlalu lama dapat menyebabkan penggumpalan darah di panggul dan kaki, kelebihan berat badan akibat kurang beraktivitas, hingga diabetes.
Image: Pexels
AM