Arema FC memang bukan tim yang menyandang status sebagai kandidat juara. Namun, ada satu pemain mereka yang penampilannya di Shopee Liga 1 2019 layak diapresiasi. Ia adalah Makan Konate.
Konate memang bukan wajah baru dalam sepak bola Indonesia. Ia sudah malang melintang di tanah air sejak enam tahun lalu. Sebelumnya, ia sempat berpetualang bersama Stade Malien (Mali) dan Al-Akhdar (Libya). Klub di Indonesia yang pertama diperkuatnya adalah PSPS Pekanbaru (2012-2013). Penampilannya cukup menjanjikan. Hal itu pula yang membuat Barito Putera merekrutnya dari PSPS.
Kematangannya semakin terlihat bersama Barito. Pada akhirnya, giliran Persib Bandung yang menyewa jasa pemain kelahiran 10 November 1991 tersebut. Perannya dalam tim yang dilatih Djadjang Nurdjaman itu pun sangat sentral.
Kunci Sukses Persib
Perannya memang bukan sebagai striker murni, tapi tak jarang gol lahir dari aksinya. Ia juga memiliki keunggulan dalam mengeksekusi bola-bola mati. Satu hal lagi yang tak boleh dilupakan, ia pun kerap bertugas sebagai penyeimbang permainan.
Hal ini diakui Djanur saat ia masih melatih Persib. “Saya pikir dia pemain yang bisa menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang,” kata Djanur saat itu.
Saat bermain, ia menjadi pemain yang tangguh dan rajin. Ia tak gentar berduel satu lawan satu dengan lawan. Ketika kehilangan bola, ia pun berusaha untuk merebutnya kembali. Tak hanya sebagai playmaker, ia juga kerap menjadi pemecah kebuntuan.
Sepanjang kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014, terlihat sekali bahwa Persib cukup ketergantungan pada kehadiran Konate. Sebagai seorang gelandang, ia cukup tajam dengan menyumbang 14 gol.
Salah satu golnya mengantarkan Maung Bandung ke final ISL 2014. Saat itu, Konate menyumbang satu gol dalam kemenangan 3-1 atas Arema FC di semifinal. Ia dengan cerdik memanfaatkan kecerobohan Johan Alfarizi untuk mencuri bola dan memaksimalkannya menjadi gol.
Selanjutnya, ia juga membantu Persib memenangkan laga final ISL 2014 melawan Persipura Jayapura. Ini menjadi gelar kompetitif perdana Persib setelah 18 tahun. Sayang, setelah mengantarkan Persib jadi juara, Konate harus berpisah.
Pemain yang kini berusia 28 tahun itu memutuskan hijrah ke Malaysia dengan bergabung di T-Team pada 2016. Hal tersebut terjadi karena kompetisi di Indonesia sedang terhenti akibat sanksi FIFA. Namun, berselang setahun, ia kembali ke Indonesia dan merapat ke Sriwijaya FC.
Kembali Bersinar di Arema
Tercatat, hanya setengah musim Konate berseragam Laskar Wong Kito sebelum bergabung dengan Arema FC pada paruh musim 2018. Bahkan, ia tak sempat menyumbang gol untuk Sriwijaya. Tapi, saat hijrah ke Arema, kualitas terbaiknya pun kembali terlihat.
Ia mampu menyumbang total 13 gol hanya dari 18 pertandingan. Perlu diingat, ini torehan yang sangat bagus untuk seorang gelandang serang. Sumbangsihnya membantu tim Singo Edan bisa melewati momen-momen buruk.
Memasuki musim 2019, peran Konate pun semakin sentral. Bahkan, bisa dibilang, Konate adalah nyawa dan penyelamat Arema FC. Tak hanya sebagai pencetak gol, ia juga menjadi kreator dari terciptanya gol-gol Arema.
Tercatat, ia sudah membukukan 16 gol dan 10 assist hingga pekan 31. Torehan itu ia dapat dari 30 pertandingan di mana dirinya selalu menjadi starter. Bisa dilihat bagaimana pentingnya keberadaan Konaten untuk tim besutan Milomir Seslija itu.
Sayang, aksi impresifnya sepanjang musim tak cukup untuk membantu Arema bersaing di papan atas. Saat ini, Arema masih tertahan di urutan kesembilan dengan raihan 43 poin. Begitulah Konate, sosok penting yang membuat Arema FC bersinar terang.
Featured