Ada banyak cara untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, salah satunya mengikuti lomba baca puisi 17 Agustus. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Ada berbagai contoh puisi kemerdekaan 17 Agustus yang bisa digunakan dalam lomba baca puisi. Simak selengkapnya di sini!
Baca Juga: 50 Ucapan 17 Agustus yang Bangkitkan Nasionalisme
Berikut ini beberapa puisi Hari Kemerdekaan yang membangkitkan rasa nasionalisme.
Karya: Wisnu Nata
Indonesiaku
Indonesiamu
Indonesia kita
Jayalah bangsa
Merah Putih Benderanya
Garuda Lambang Negaranya
Pancasila dasar Negaranya
Indonesiaku
Samudera nan luas beribu pulau
Kaya Sumber Daya dan Budayanya
Beraneka ragam sukunya
Berbeda Agamanya
Namun tetap Satu Indonesiaku
Karya: Wisnu Nata
Merintih sedih Sang Pendiri Bangsa
Pilu melihat tingkah laku anak bangsa
Sedikit jasa diekspos di media masa
Kepentingan pribadi atas nama rakyat,
bangsa dan negara
Rakyat tertipu janji manis para penguasa
Uang recehan penarik suara
Haram, halal ditempuh dengan segala cara
Demi tercapainya ambisi berkuasa
Sungguh jauh dari nilai agama
Tebar pesona nilai agama
Berderma bukan karena Tuhan semata
Demi jabatan, harta, dan tahta
Karya: Annuquyah
17 Agustus kembali datang
Banyak sejarah, banyak pengorbanan, banyak peninggalan
Musium yang mengabadikan
Buku sejarah yang menceritakan
Inilah kami tidak takut gugur di medan perang
Tujuan kami bukan kematian melainkan kemerdekaan abadi
Wahai penjajah!
Kedatanganmu memberontak, merampas, mencacimaki
dan menyiksa orang-orang tak berdosa
Entah mengapa kata putus asa
Tidak pernah tertulis dalam pendirian kami
Meskipun pada akhirnya kami jadi sejarah
yang mungkin selamanya dikenang
Sebelum itu, darah menjadi minuman kami
Bunyi pistol menjadi syair di setiap derap langkah
Peluru menjadi makanan kami
Ada yang melintas, ada yang diam
Ada yang menembus tubuh memanggil kematian
Tumbuh menjadi pengorbanan
Kami dapatkan kemerdekaan yang kami impikan
Kamilah yang pantas merdeka
Karya: Wisnu Nata
Jangan kau ragukan kesetiaan kami pada negeri ini
Jangan kau katakan kami intoleransi
Negeri kami sangat kami cintai
Indonesia Tanah Air kami
Tak kan rela sejengkal
tanah air kami lepas dari bumi pertiwi
Tetap berkibar sang merah putih
Indonesia Jaya kan tetap abadi
Timor Timur adalah masa lalu
Jangan ada yang berpisah seperti itu
Aceh, Maluku, Papua yuk bersatu
NKRI tetap di dalam kalbu
Karya: Wisnu Nata
Aku kagum pada pendiri negeri ini
Memilihmu Merah dan Putih
Simpel namun penuh arti
Lambang penyatu NKRI
Beribu nyawa melayang mempertahankanmu
Demi tetap berdirinya Indonesia satu
Jiwamu berani dan suci selalu
Tetap terkenang di dalam kalbu
Kami penerus negeri ini kan selalu mengabdi
Belajar, bekerja mencari ridho ilahi
Karakter baik kami junjung tinggi
Sampai ajal menjemput kami
Karya: Acep Suhendar
Kami sudah siap bergerak
Kami sudah tak sabar untuk menatap langit
Gerakan kami serentak
Untuk segera menemukan berlian yang terkubur
Nyali kami tak bisa diukur oleh apapun
Ketika bel berbunyi
Kami akan berlari sekencang-kencangnya
Menyongsong masa baru yang akan datang
Beritakan hal ini pada Bung Karno
Beritakan juga hal ini pada Bung Hatta
Bahwa mereka tak pernah sia-sia menciptakan negeri ini
Bahwa mereka telah berhasil memerdekakan bangsa ini
Kami barisan masa depan bergerak tanpa batas
Lampaui batas kemampuan dan bakat kami
Kami nyawa negeri ini
Kami pondasi bangsa ini
Dan kamilah yang memandu ibu bapa
Menuju podium kemenangan sesungguhnya
Karya: Wisnu Nata
Alangkah beraninya para Pemuda Pemudi
Memilih kata Merdeka atau Mati
Sebagai bukti kecintaan pada Negeri
Dari cengkeraman penguras hasil bumi
Jangankan harta benda dan segala yang disuka
Nyawapun jadi taruhannya
Walau hanya bambu sebagai pusaka
Bulatkan tekad bersama tuk meraih cita-cita
Tujuh puluh empat tahun usiamu
Semakin matanglah jiwamu
SDM Unggul di segala penjuru
Untuk kesejahteraan rakyat Indonesia Maju
Karya: Ade Lanuari Abda Syakura
Buat apa merdeka jika kebebasan berbicara dibungkam?
Kritik ke tas hancur tangan dipasung
Bukankah sebuah suara menjadi bernilai kebaikan
Apabila ditanggapi secara bijak?
Sayang tidak bagi kita yang berada di sini
Kritik hanyalah upaya menebar fitnah keji
Untuk menjatuhkan orang lain
Sungguh tak pernah terbayang dalam benak kami
Untuk menebar fitnah di sini
Menghancurkan negeri yang telah lama merdeka
dari rongrongan penjajah
Kami hanya ingin memperbaiki negeri ini dengan lisan kami
Kami hanya ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan
Tak hanya mengusir para penjajah
Melainkan menghancurkan segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan
Sehingga memanusiakan manusia bukan lagi menjadi pemanis di bibir
Sejatinya menjadi ruh dalam setiap perbuatan mereka
Kami rindu kemerdekaan ini
Di mana nyaris tergenggam pada tangan
Apakah kami bisa menggapainya di masa depan?
Karya: Aldi Mubarok
Pertiwi di usia renta genap tujuh puluh enam tahun
Masih menjadi budak nafsu bagi mereka si hidup belang
Gunung menyembul, ranum nan rimbun
Sebelum diremas tangan-tangan binal
Bibir sensual, mengalir sungai
Dilumat hingga kering kerontang
Meringis tatkala beton menancap pada tubuh
Derai air mata tak bisa dibendung
Meluap membasahi pori-pori tiap kota
Berontak dari dekapan galak
Berjalan lunglai setengah sadar
Sambil bergumam:
“Aku ingin kebebasan; kesejahteraan”
Karya: Alfin Nihayatul Islamiyah
Guratan tinta emas dalam kertas bekas
Memori masa kelam terlintas
Dalam balutan darah yang masih menggenang
Melaju melewati masa menjadi kenangan
Maksud terbuai dalam hati yang luluh
Kisa puluhan tahun yang beradu dalam peluh
Kelu; rasanya hati berdayuh-dayuh
Kertas bekas waktu menjadi rapuh
Merdeka! Diiringi Indonesia Raya yang menggema
Air mata yang siap meluncur kapan saja
Penantian penghujung usia
Akhir kata yang menjadi lega seluruh warga bumiputera
Karya: Alfonsius Wedhu
Tujuh puluh enam tahun lamanya
Kalimat ini mulai kembali bergema
Berwajah cerah melihat cakrawala
Karena bangsaku telah hadir dengan debutante politisi
Wahai engkau bangsa pertiwi
Wajah yang mencoret seberkas senyumpun tak pernah kudapati
Luka yang dalampun tak pernah mereka ampuni
Hanya karena kalimat ini tertulis rapih atas negri ini
Kemerdekaan Indonesia NKRI harga mati
Jiwa ini terbungkam rapat
Pedihnya perjuanganmu tak dapat ku ceritakan
Ketika pulpen dan kertas seolah sedang bergelut
Jiwa patriotmu akan jadikan ragam penghargaan
Melihat merah putih telah berkibar
Menghirup udara segar yang saat ini aku rasakan
Sepilu yang dulu kau samarkan
Hanya demi melihat bangsamu ini berjaya
Kini aku boleh berdiri dengan kedua kaki di tanah air ini
Karya: Muharami Aisyah Hanafi
Masa yang telah lama dinantikan
Di mana para rakyat mendapat kebebasan
Dan hasil Nusantara, tak lagi jadi rebutan
Indonesia, memegang kuasa penuh, atas tanah pijakan
Semua, berkat jasa juang para pahlawan
Yang menuai jerih payah pengorbanan
Sehingga, menggenggam kekuasaan kembali, setelah banyak pertikaian
Ibu pertiwi, dengan bermacam keanekaragaman
Menyatukan usaha tuk tercapainya tujuan
Demi terhentinya berbagai ancaman
Menguatkan kembali pertahanan
Melindungi wilayah yang sudah seharusnya tetap aman
Ketika proklamasi telah resmi terucap khidmat
Para penduduk turut bersemangat
Bersorak-sorai merdeka, dari tiap sudut kota
Bersama cerahnya sinar mentari yang begitu hangat
Linangan air mata, bersama senyum bahagia
Menatap penuh harap, akan selalu jaya tiap masa
Karya: Murni
Hari kemerdekaan telah tiba
Saatnya kita merayakan
Dengan penuh kebahagiaan
Rasa campur aduk dalam hati
Di bawah langit biru
Di atas jiwa yang besar
Sebuah tiang berdiri tegak
Merah putih berkibar tanpa henti
Dengan rasa hormat
Aku terharu akan hal ini
Betapa rasa kebahagiaan ini
Menghiasi seluruh jiwa
Indonesiaku,
Engkau negeri hebat bagiku
Layaknya langit biru
Yang terlihat cerah dipandang
Rasa kagumku tiada henti
Bagaikan rasa juangku
Karya: Nita Amelya
Waktu demi waktu merasakan pahitnya peperangan
Mengorbankan segenap harta, bahkan nyawa
Bahkan pula keluarga tercinta
Teriris jikalau diingat
Namun penuh makna
Dengan melihat sang saka dikibarkan
Tepat di hari kemerdekaan
Hingga pada akhirnya merasakan titik lega
Bahwa perang sudah tidak lagi ada
Bahwa tangis darah berubah kebahagiaan
Karena kita sudah merdeka
Semua berkat segenap pahlawan bangsa
Yang telah berkorban menyelamatkan negara
Tanpa pernah mengenal lelahnya perjuangan
Demi merah putih dikibarkan
Karya Wisnu Nata
Kata-katamu tak kan terlupa
Perilakumu sangat mulia
Jiwa ragamu kau korbankan demi negeri tercinta Indonesia
Indonesia Raya Indonesia Jawa
Perih, pedih kau lupakan
Semangat perjuangan kau korbankan
Harta, jiwa dan raga untuk semua
Demi kejayaan bangsa dan negara tercinta
Pahlawanku, tanpamu takkan lahir Indonesia
Tanpamu, apalah kami jadinya
Semoga Tuhan Yang Maha Esa
Memuliakanmu di surga-Nya
Karya: Wisnu Nata
Kalau bukan keyakinan
Tak mungkin bambu runcing melawan meriam
Tapi karena keyakinan, keikhlasan, semangat berjuang dan berkorban
Hancurlah pertahanan penjajah
Jangan pakai logika dan hitung matematika
Ibarat durian beradu dengan mentimun
Hancurlah mentimun bukan?
Bukan itu sayang
Tapi doa dan usaha serta takdir Tuhan
Merdekalah Indonesia
Karya: Wisnu Nata
Jangan remehkan pejuang diplomasi
Walau ia tak memikul senjata dan membawa amunisi
Dari Dialah terjadi komunikasi
Indonesia merdeka melalui jalur diplomasi
Panglima Besar Jendral Sudirman Bergerilya setiap hari
Sukarno Hatta bernegosiasi ke luar negeri
Semua untuk tujuan sehati
Indonesia Merdeka dengan Bendera Merah Putih
Baca Juga: 10 Ide Hiasan 17 Agustus dari Bahan Bekas, Unik dan Kreatif!
Itulah sederet puisi 17 Agustus yang penuh makna dan membangkitkan semangat kemerdekaan. Agar 17 Agustus semakin meriah, pastikan untuk membeli pernak-perniknya di Shopee. Banyak promo yang bisa kamu gunakan, seperti diskon live shopping Shopee Live, Gratis Ongkir, dan promo Shopee Video. Metode pembayarannya juga beragam, seperti ShopeePay hingga pay later. Semoga bermanfaat!
Fun Read