Sudah begitu lama kompetisi sepak bola Indonesia menjadi panggung para penyerang asing. Dalam beberapa tahun terakhir, penghargaan gelar top scorer kerap diberikan kepada pemain asing.
Ya, jelas sekali terlihat bahwa penyerang-penyerang lokal kesulitan bersaing dengan pemain asing. Hal itu pula yang membuat Timnas Indonesia tak kunjung menemukan sosok striker yang bisa diandalkan di setiap pertandingan.
Tercatat, Boaz Solossa menjadi pemain lokal terakhir yang mendapatkan gelar top scorer. Sukses itu didapat Boaz bersama Persipura Jayapura di Indonesia Super League (ISL) 2013. Saat itu, Boaz mampu menceploskan 25 gol.
Setelah Boaz, tak ada lagi wajah pemain lokal yang sukses menyandang status top scorer kompetisi di Indonesia. Deretan pemain yang memenangkan gelar top scorer setelah Boaz adalah Emmanuel Kenmogne (Kamerun), Sylvano Comvalius (Belanda), Aleksandar Rakic (Serbia), dan Marko Simic (Kroasia).
Bahkan, tak ada penyerang lokal yang masuk daftar 10 besar top scorer di Shopee Liga 1 2019. Memang ada nama Alberto Goncalves dan Ilija Spasojevic. Tapi, keduanya bukan pemain asli Indonesia, melainkan hasil naturalisasi.
Satu-satunya penyerang lokal yang bisa menceploskan lebih dari 10 gol adalah Titus Bonai dari Persipura. Bisa dibilang, ia adalah penyelamat wajah para pemain lokal yang kesulitan bersaing dengan pilar-pilar asing.
Sempat Menghilang
Munculnya nama pemain yang akrab disapa Tibo itu sendiri terbilang mengejutkan. Maklum, ia sempat seakan menghilang dari peredaran akibat tak mampu menampilkan permainan terbaiknya selama beberapa tahun terakhir.
Namanya mulai dikenal di ISL 2009/2010. Saat itu, ia mampu mengemas 17 gol meski hanya memperkuat klub medioker seperti Persiram Raja Ampat, klub yang kini berevolusi menjadi Tira-Persikabo.
Dari Persiram, petualangannya berlanjut di Persipura. Penampilan apiknya membuat namanya masuk skuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013. Sayang, setelah itu Tibo justru mengalami penurunan prestasi.
Sempat memperkuat Semen Padang, kembali ke Persipura, berkostum Sriwijaya FC, berlabuh di PSM Makassar, bahkan sempat mencicipi kompetisi di Timor Leste, catatan golnya tetap mengkhawatirkan. Baru di musim 2017 namanya mulai sedikit kembali terdengar, tepatnya saat ia membela Borneo FC.
Setidaknya, ia mengemas 7 gol dalam semusim yang merupakan torehan terbaiknya setelah begitu lama. Dari Borneo, pemain kelahiran 4 Maret 1989 itu akhirnya memutuskan kembali ke tim Mutiara Hitam di Shopee Liga 1 2019.
Kembali Bersinar
Kedatangan Jacksen F Tiago untuk kembali menjadi pelatih Persipura menjadi faktor penting dalam perjalanan karier Tibo. Di tangah Jacksen, penyerang berusia 30 tahun itu kembali mendapatkan kepercayaan dirinya.
Manajemen Persipura menunjuk Jacksen sebagai pelatih setelah Shopee Liga 1 2019 memasuki pekan delapan. Tanpa butuh waktu lama, Jacksen langsung mengangkat performa Persipura yang sempat jeblok di awal musim.
Tren positif ini juga berlaku untuk para pemain. Tibo kembali menjadi salah satu penyerang yang subur. Setelah ada Jacksen, secara mengejutkan Tibo langsung mengemas sembilan gol dari 10 pertandingan beruntun.
Tampaknya, skema 4-3-3 yang diterapkan Jacksen sangat cocok untuk Tibo. Dalam skema tersebut, Tibo ditempatkan di sayap kanan. Ia pun memiliki kebebasan bergerak di antara bek-bek lawan.
Hingga pada akhirnya, Tibo mampu mengumpulkan 13 gol sepanjang musim 2019. Ini menjadi pencapaian terbaiknya sejak masih berkostum Persiram. Berkat kontribusinya pula Persipura mampu finis di urutan ketiga klasemen Shopee Liga 1.