5 Fakta Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883

Pada tanggal 27 Agustus 1883, Krakatau yang merupakan pulau vulkanik tak berpenghuni yang berada di Selat Sunda, lebih tepatnya di antara pulau Jawa dan pulau Sumatra, mengeluarkan letusan spektakuler yang berasal dari gunung berapi di pulau tersebut. Letusan yang mengakibatkan awan panas  dari aktivitas vulkanik, serta tsunami yang menewaskan lebih dari 36.000 orang ini merupakan salah satu bencana alam yang paling bersejarah di dunia.
Nah, berikut adalah 5 fakta mengenai peristiwa meletusnya Gunung Krakatau di tahun 1883 yang perlu kamu ketahui.
1. Tanda-tanda akan terjadi erupsi muncul pada bulan Mei 1883
Seorang kapten kapal perang Jerman melaporkan adanya awan abu pekat yang naik hampir 7 mil di atas pulau. Dilansir dari artikel The Atlantic, masyarakat sekitar digegerkan dengan suara gemuruh yang berasal dari gunung berapi. Awan abu pekat yang disertai dengan suara gemuruh, dan letusan pada lubang yang berada di puncak permukaan gunung krakatau terus terjadi selama kurang lebih 3 bulan. Letusan ini juga menimbulkan getaran di sekitar pulau Jawa dan Sumatra.
2. Erupsi dimulai pada 26 Agustus 1883

Gunung Krakatau mulai erupsi pada sore hari di tanggal 26 Agustus. Ia mengeluarkan awan abu yang lebih banyak dan pekat setidaknya 22 mil di atas pulau. Erupsi ini disertai lontaran abu volkanik, batu-batuan, dan juga lelehan lava pijar Gunung Krakatau. Hal yang lebih mengerikan kemudian terjadi di hari berikutnya.

3. Letusan erupsi pada 27 Agustus yang terdengar hingga 3000mil jauhnya

Sejak pukul 5:30 pagi pada tanggal 27 Agustus, Gunung Krakatau meledak selama 4,5 jam. Ledakan tersebut merupakan yang paling kuat dan dahsyat hingga terdengar di Sri Lanka dan Perth, Australia. Ledakan terakhir terjadi sekitar pukul 10 pagi dengan kekuatan 10.000 kali lebih besar daripada ledakan bom atom yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia kedua.

Letusan kemudian disusul dengan gelombang tsunami yang menghantam pesisir pulau Jawa dan Sumatra dan merenggut 36.400 korban jiwa. Letusan tersebut juga menghasilkan kaldera dengan ukuran 4x8km dan aliran awan panas atau wedhus gembel sejauh 40km dari pusat letusan.

4. Saat erupsi selesai, sebagian pulau gunung tersebut hilang
Image: Biblioteca Nacional de España, Flickr

Peristiwa yang berasal dari pulau vulkanik tersebut melibatkan letusan dari tiga gunung berapi yang terjadi secara bersamaan di komplek Krakatau, yaitu Gunung Danan, Gunung Rakata, dan  Gunung Perboeatan. Saking dahsyatnya aktivitas vulkanik yang terjadi, ini menyebabkan runtuhnya sebagian pulau gunung. Dua pertiga bagian dari Krakatau dan sebagian besar pulau di sekelilingnya lenyap akibat letusan berantai yang mematikan.

5. Menyebabkan perubahan iklim global 

Dilansir dari National Centers for Environmental Information, Amerika Serikat, abu hitam hasil dari erupsi menyebar di langit hingga mencapai ketinggian 80 kilometer. Tembakkan abu tersebut menyebabkan area seluas lebih dari 800 ribu kilometer persegi di sekitarnya tertutup oleh awan hitam Krakatau.

Selama 2 hari, dunia tampak gelap seolah tak ada matahari. Hal ini dikarenakan, asap hitam dari debu vulkanik telah menutupi cahaya matahari dan atmosfer.  Abu dari letusan Krakatau juga menyebar dan dirasakan di langit seluruh dunia. Menurut seorang ahli, hamburan debu bisa terlihat jelas hingga di langit Norwegia dan juga New York. Setelah peristiwa tersebut, matahari bersinar lebih redup dengan rata-rata suhu global yang turun 1,2° C sampai dengan tahun 1888.

Image: Wikimedia Commons

RR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *