Gunung Krakatau mulai erupsi pada sore hari di tanggal 26 Agustus. Ia mengeluarkan awan abu yang lebih banyak dan pekat setidaknya 22 mil di atas pulau. Erupsi ini disertai lontaran abu volkanik, batu-batuan, dan juga lelehan lava pijar Gunung Krakatau. Hal yang lebih mengerikan kemudian terjadi di hari berikutnya.
Sejak pukul 5:30 pagi pada tanggal 27 Agustus, Gunung Krakatau meledak selama 4,5 jam. Ledakan tersebut merupakan yang paling kuat dan dahsyat hingga terdengar di Sri Lanka dan Perth, Australia. Ledakan terakhir terjadi sekitar pukul 10 pagi dengan kekuatan 10.000 kali lebih besar daripada ledakan bom atom yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia kedua.
Letusan kemudian disusul dengan gelombang tsunami yang menghantam pesisir pulau Jawa dan Sumatra dan merenggut 36.400 korban jiwa. Letusan tersebut juga menghasilkan kaldera dengan ukuran 4x8km dan aliran awan panas atau wedhus gembel sejauh 40km dari pusat letusan.
Peristiwa yang berasal dari pulau vulkanik tersebut melibatkan letusan dari tiga gunung berapi yang terjadi secara bersamaan di komplek Krakatau, yaitu Gunung Danan, Gunung Rakata, dan Gunung Perboeatan. Saking dahsyatnya aktivitas vulkanik yang terjadi, ini menyebabkan runtuhnya sebagian pulau gunung. Dua pertiga bagian dari Krakatau dan sebagian besar pulau di sekelilingnya lenyap akibat letusan berantai yang mematikan.
Dilansir dari National Centers for Environmental Information, Amerika Serikat, abu hitam hasil dari erupsi menyebar di langit hingga mencapai ketinggian 80 kilometer. Tembakkan abu tersebut menyebabkan area seluas lebih dari 800 ribu kilometer persegi di sekitarnya tertutup oleh awan hitam Krakatau.
Selama 2 hari, dunia tampak gelap seolah tak ada matahari. Hal ini dikarenakan, asap hitam dari debu vulkanik telah menutupi cahaya matahari dan atmosfer. Abu dari letusan Krakatau juga menyebar dan dirasakan di langit seluruh dunia. Menurut seorang ahli, hamburan debu bisa terlihat jelas hingga di langit Norwegia dan juga New York. Setelah peristiwa tersebut, matahari bersinar lebih redup dengan rata-rata suhu global yang turun 1,2° C sampai dengan tahun 1888.
Image: Wikimedia Commons
RR