Sinopsis:
Angka 4 seperti selalu menemani hidupku. Aku dan Dimas telah berpacaran selama 4 tahun. Dalam 4 bulan lagi, pernikahan kami akan digelar. Namun, kabar buruk menghampiriku. Hidupku akan berakhir dalam 4 bulan akibat kanker otak.
Aku yang putus asa, memutuskan melakukan segala cara untuk membuat Dimas membenciku hingga membatalkan pernikahan kami. Kenapa? Aku tidak ingin ia merasa terpuruk dengan kepergianku. Sounds cheesy? Iya, tapi aku bersungguh-sungguh.
Akankah rencanaku berhasil?
Ketinggalan baca episode sebelumnya? Sobat Shopee bisa membacanya di sini:
***
Sudah hampir sebulan berlalu sejak aku memutuskan membuat Dimas membenciku hingga membatalkan pernikahan kami. Namun, sejauh ini aku belum melakukan sesuatu yang berarti. Aku sudah mencoba untuk menjauhinya, mulai dari tidak membalas chat dan teleponnya, menghindar ketika ia mengajak bertemu, atau pura-pura berada di luar saat Dimas datang ke rumah.
Namun, sebagai lelaki dewasa dan sangat pengertian, Dimas hanya menganggap aku terlalu sibuk dan butuh waktu istirahat. Bahkan, menurutnya aku sedang mengalami stres menjelang pernikahan. Ya, dia mencoba memahamiku. Mempunyai pasangan yang terlalu baik dan pengertian ternyata ada nggak enaknya juga, ya.
Selama sebulan ini, aku masih juga belum berani memberitahukan penyakitku kepada yang lain. Persiapan pernikahan pun masih berjalan sesuai rencana. Aku masih melakukan fitting baju pengantinku. Aku masih mengawasi pembangunan rumahku bersama Dimas nanti. Hari ini pun aku berencana untuk test food salah satu katering ternama di Bandung.
Aku tetap harus mendatangi test food ini karena ibunda Dimas yang merekomendasikannya. Akan sangat tidak sopan jika aku menolaknya. Mau tak mau aku pun bersiap pergi. Namun, baru saja aku menutup pintu depan, Dimas muncul dari mobil yang berhenti di depan rumahku. Aku lupa kalau Dimas tahu soal jadwal test food ini, seharusnya aku mengganti jadwalnya.
Dimas mengenakan atasan kaus hitam dan luaran kemeja biru serta celana jeans dan sneakers. Rambut pendeknya dibiarkan jatuh hingga menutupi sebagian dahinya. Ya, calon suamiku ini memang tampan sekali. Rasanya ingin aku berlari dan memeluknya seperti adegan sinetron, namun aku harus ingat rencanaku.
“Deb, yuk, berangkat.” kata Dimas sambil memamerkan senyuman manisnya. Ya ampun, aku rindu sekali melihat senyuman itu.
“Kok kamu di sini, Dim?” tanyaku berusaha cuek saat berdiri di depannya.
“Mau test food ‘kan? Aku nggak lupa, dong. Yuk, masuk, nanti kita telat.” kata Dimas sambil membuka pintu mobil.
Berhubung tak ada lagi alasan lain yang terlintas di benakku untuk menghindar, aku pun terpaksa masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Dimas yang menyetir.
Selama perjalanan, Dimas tak pernah berhenti berbicara. Ia bertanya dengan antusias, namun aku membalasnya datar dan seperlunya saja. Dimas hanya memaklumi dan tetap terlihat ceria. Rasanya aku jadi geregetan sendiri. Dimas, tolong jangan terlalu baik padaku, dong!
***
Setengah jam kemudian kami pun sampai di tempat katering ternama ini. Katering milik artis senior Indonesia ini memang jadi katering favorit untuk acara pernikahan di Bandung. Tak heran jika di hari Rabu ini tetap ramai dengan pasangan yang juga melakukan test food.
Kami disambut oleh dua orang pelayan yang langsung mempersilakan kami duduk. Tak berapa lama pilihan makanan pernikahan kami pun tiba. Kami memilih menu Asia dan Western karena Dimas akan mengundang beberapa rekan kerjanya dari luar negeri. Kedua pelayan itu pun meninggalkan kami berdua untuk mencicipi makanan terlebih dulu.
“Waaah, kelihatannya enak banget ya, Deb. Untung aku belum makan apapun dari pagi. Yuk, kita cobain.” kata Dimas sambil menyiapkan peralatan makan untukku.
Dimas langsung menyantap siomay dan sate kambing, makanan favoritnya. Matanya langsung terbelalak saat menelan kedua makanan itu. “Gila, enak banget, Deb. Beda sama katering yang kita cobain sebelumnya.” ucapnya dengan mulut penuh makanan.
Penasaran dengan ekspresi berlebihan Dimas, aku pun mulai mencoba beberapa dessert yang disediakan. Dan benar saja, enak banget! Dessert-nya tidak terlalu manis, pas dengan seleraku.
“Wah, fix kita harus ambil ini, Deb. Aku cocok sama rasanya.” kata Dimas sambil terus fokus mencoba makanan di hadapannya. Aku pun tersenyum melihat Dimas seperti ini. Dimas memang lelaki dewasa, namun kalau sudah bertemu dengan makanan enak, ia akan berubah menjadi seperti anak kecil.
Sambil menikmati makanan, aku mengitari pandangan ke sekeliling ruangan hingga menemukan satu sosok lelaki yang cukup familiar. Tampaknya, Dimas juga menyadari hal yang sama.
“Lho, itu bukannya Reza?” kata Dimas mengucapkan apa yang ada di pikiranku. Dimas pun memanggil Reza yang sedang berbicara dengan salah satu pelayan di bilik. Merasa namanya dipanggil, Reza menoleh ke arah kami. Awalnya ia terlihat bingung, namun kemudian tersenyum setelah menyadari ia bertemu kawan lamanya.
“Wah, Dimas! Apa kabar lo?” kata Reza ramah sambil menghampiri meja kami. Dimas pun berdiri dan merangkul Reza dengan akrab.
Reza adalah teman kuliah Dimas yang sejak lima tahun lalu tinggal di Sydney, Australia. Mereka pun tidak pernah bertemu lagi sejak itu. Mereka hanya berhubungan lewat media sosial. Sebenarnya, aku cukup canggung juga bertemu Reza. Karena sebenarnya dulu Reza sempat menyukaiku saat aku masih belum bersama Dimas. Tenang, Dimas juga tahu akan hal ini dan hubungan pertemanan mereka berdua tetap baik-baik saja.
“Eh, ini Debi? Nggak berubah lo, Deb. Tetap pendek.” Lima tahun tidak bertemu mantan gebetannya, dan ini adalah hal pertama yang ia ucapkan. Dasar, Reza.
“Maaf ya, gue pendek karena gue lagi duduk. Dan lagian, kalian aja yang terlalu tinggi!” balasku sewot karena tak terima dihina pendek. Benar kok, tinggiku normal untuk ukuran wanita Asia.
Reza kemudian bergabung dengan meja kami. Ternyata ia pulang ke Indonesia karena keponakannya akan mengadakan acara ulang tahun pada akhir pekan ini. Ia datang kemari karena ingin memesan makanan katering untuk acara tersebut.
Di saat dua lelaki tampan ini bernostalgia, aku jadi mengingat kembali kisah mereka dahulu. Sebenarnya unik juga. Apa yang akan kamu lakukan jika pacarmu adalah mantan gebetan temanmu? Kebanyakan orang akan memilih untuk menyudahi pertemanan mereka. Namun tidak dengan Dimas dan Reza. Mereka lebih memilih bersikap dewasa dan mengesampingkan hal itu. Pertemanan mereka pun masih terjalin dengan baik hingga sekarang.
Namun, aku memang menyadari bahwa Dimas lebih sering cemburu jika aku terlalu dekat dengan Reza dibanding dengan lelaki lainnya. Mungkin sebenarnya ia menyimpan kekhawatiran.
Tunggu sebentar… Dimas cemburu? Pengkhianatan dan ketidakpercayaan adalah satu dari banyak hal yang dapat menghancurkan suatu hubungan. Kenapa aku tidak memikirkan ide ini sebelumnya?
Hal-hal remeh seperti yang kulakukan selama sebulan belakangan ini tidak akan membuat Dimas membenciku. Aku harus menghancurkan rasa kepercayaannya padaku dengan mendatangkan orang ketiga. Dan sepertinya, Reza adalah orang yang tepat.
Ya ampun, aku akan melakukan hal berdosa.
***
To be continued
Baca cerita selanjutnya: EMPAT #3 – Rahasia yang Terbongkar
Image: Unsplash, Pinterest
AM