Nasib Persija di Musim 2019: Habis Juara, Kini Malah Merana

Persija Jakarta

Performa Persija Jakarta di Shopee Liga 1 2019 bak sebuah ironi. Padahal, mereka menyandang status sebagai juara bertahan. Kini, untuk sekadar bertahan di kompetisi saja mereka harus bersusah payah.

Di Liga 1 2018, performa Persija benar-benar meyakinkan. Perjuangan berat mereka memberikan hasil yang memuaskan. Ya, gelar juara mampu mereka dapat setelah unggul satu poin atas PSM Makassar di akhir musim.

Persija Liga 1 2018
Sumber Gambar: liputan6.com

Hal ini sangat bertolak belakang dengan kinerja mereka di musim 2019. Padahal, mereka memiliki banyak rekrutan anyar di awal musim untuk menambah keseimbangan skuad mereka. Total, ada delapan pemain anyar yang memutuskan berseragam Persija.

Begitu juga dengan paruh musim yang mereka maksimalkan dengan merekrut beberapa pemain top, salah satunya adalah Xandao yang disebut-sebut pemain termahal di Shopee Liga 1. Dilansir Transfermarkt, nilainya mencapai 700 ribu euro atau setara setara dengan Rp10,7 miliar.

Sayang, semua yang mereka lakukan tampak sia-sia. Bayangkan, tim sekaliber Persija harus menunggu hingga pekan 32 untuk memastikan diri tetap bertahan di Liga 1 musim depan. Kepastian itu didapat usai mereka menang 4-0 atas Madura United, Jumat (13/12).

Hingga pekan 32, hanya 10 kemenangan yang bisa diraih tim Macan Kemayoran. Sisanya, mereka 11 kali tertahan dan 11 kali menelan kekalahan.

Minim Kreativitas

Salah satu penyebab keterpurukan Persija di musim ini adalah masalah kreativitas. Para gelandang mereka tak lagi bermain impresif seperti di musim lalu. Padahal, di lini depan, Marko Simic mampu menjaga stabilitasnya dalam urusan mencetak gol.

Tercatat, pemain asal Kroasia itu mampu memuncaki daftar top scorer Shopee Liga 1 2019 dengan 27 gol. Sialnya, tak ada pemain yang mampu menjadi pelapis Simic saat ia sedang mengalami kebuntuan.

Setelah Simic, penyumbang gol terbanyak kedua Persija adalah Heri Susanto. Ironisnya, koleksi pemain berusia 25 tahun itu hanya tiga gol. Bisa dibilang, Persija sangat bergantung pada ketajaman Simic di musim ini.

Kondisi itu sangat berbeda jika dibandingkan musim lalu. Meski Simic tetap menjadi yang dominan, persebaran gol Persija di musim lalu tetap merata. Bahkan, Jaimerson da Silva yang di awal musim hijrah ke Madura United mampu menyumbang tujuh gol.

Belum lagi sumbangan gol dari pemain lain seperti Riko Simanjuntak, Rohit Chand, Novri Setiawan, Rezaldi Hehanusa, Ramdani Lestaluhu, hingga Osas Saha. Berbeda dengan musim ini di mana tak ada sumbangan banyak gol kolaborasi dari Riko, Rohit, dan Novri.

Kepergian Teco

Teco
Sumber Gambar: goal.com

Alasan utama di balik menderitanya Persija di musim ini jelas karena kepergian sosok Stefano Teco Cugurra. Tanpa kehadirannya, tak ada lagi ide-ide brilian yang dimiliki Persija di setiap pertandingan.

Edson Tavares yang dihadirkan pada September 2019 tetap tak bisa menggantikan perannya. Apalagi jika bicara pendahulu Tavares, Julio Banuelos, yang kinerjanya amat sangat mengecewakan.

Di bawah asuhan Teco, perbedaan kualitas antar pemain utama dan pemain pelapis tak begitu terlihat. Oleh sebab itu, saat ada pemain inti yang berhalangan, pemain pelapis mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Di bawah asuhannya pula, Teco bisa membuat satu pemain mampu menjalani berbagai peran, salah satunya adalah Rezaldi. Posisi aslinya adalah bek kiri. Namun, saat dimainkan sebagai bek kanan, Rezaldi juga tampil memuaskan.

Pemain-pemain lain yang sempat menjalani lebih dari satu peran di bawah asuhan Teco adalah Rohit, Novri, dan Ramdani. Ia begitu percaya diri memberikan kepercayaan kepada para pemainnya untuk berganti posisi.

Karenanya, Macan Kemayoran begitu kehilangan saat Teco memutuskan untuk pergi di akhir musim 2018. Teco kembali membuktikan kehebatannya dengan membawa Bali United tampil sebagai juara Shopee Liga 1 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *